Ibadahmerupakan suatu bentuk ketundukan dan ketaatan terhadap pencipta alam semesta Allah SWT. Namun, ada dua macam bentuk ibadah yang penting untuk diketahui, yaitu ibadah mahdhah dan ghairu mahdhah. Kedua istilah ini kadang masih disalahpahami oleh umat.
Secara umum, Syekh Mahmud Syaltut dalam tafsirnya telah menjelaskan
Hajimenurut istilah adalah suatu amal ibadah yang dilakukan dengan sengaja untuk mengunjungi ka’bah (baitullah) di Makkah dengan maksud beribadah untuk mengharap ridho Allah. Haji merupakan rukun islam ke 5. Diwajibkan kepada orang islam yang telah mencukupi syarat-syaratnya sekali seumur hidupnya.
Musikdan Ritual Ibadah. Musik adalah salah satu warna kehidupan di masa sekarang yang demikian kontras dengan masa sahabat dan ulama-ulama setelahnya. Jika dahulu generasi salaf demikian keras membenci musik berikut alat pendukungnya. Kini, musik justru dihalalkan, menjadi sumber nafkah, bahkan dijadikan sarana ibadah dan dakwah.
3 Baligh 4. Memiliki harta yang mencapai nishab Dalam sebuah ayatnya, Allah SWT berfiman: “Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan rukulah beserta orang-orang yang ruku” (Al Baqarah : 43). Ayat itu menyiratkan bahwa shalat dan ibadah sosial (zakat) merupakan “satu paket” ibadah yang harus dilakukan secara bersamaan.
BABI PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Haji adalah rukun (tiang agama) Islam yang kelima setelah syahadat, shalat, zakat dan puasa. Menunaikan ibadah haji adalah bentuk ritual tahunan yang dilaksanakan kaum muslim sedunia yang mampu (material, fisik, dan keilmuan) dengan berkunjung dan melaksanakan beberapa kegiatan di beberapa tempat di
Menurutkepercayaan masyarakat, gunung dengan ketinggian 2.950 mdpl itu mengandung dua makna. Pertama, sebagai sumber kehidupan karena menyuplai kebutuhan air untuk kota Makassar dan sejumlah kabupaten di sekelilingnya yakni Maros, Gowa, Takalar, Jeneponto, Bulukumba, Sinjai dan Bone. Sumber air Bawakaraeng-lah yang mendukung
Luqman 13) Ada 3 (tiga) sebab munculnya perilaku syirik, yaitu sebagai berikut: • Al jahlu (kebodohan) • Dhai’ful iman (lemahnya iman) • Taqlid (ikut-ikutan secara membabi-buta) Barangsiapa yang berbuat syirik maka hapuslah pahala segala amal perbuatannya, berdasarkan firman Allah Subhanahu Wa Ta'ala:
KumpulanCara Menyelesaikan Soal Cpns Matematika. Browse By Category
. IBADAH PENGERTIAN, MACAM DAN KELUASAN CAKUPANNYAOleh Syaikh Dr. Shalih bin Fauzan al FauzanDefinisi Ibadah Ibadah secara etimologi berarti merendahkan diri serta tunduk. Di dalam syara’, ibadah mempunyai banyak definisi, tetapi makna dan maksudnya satu. Definisi itu antara lain ialah taat kepada Allah dengan melaksanakan perintah-Nya melalui lisan para adalah merendahkan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala yaitu tingkatan tunduk yang paling tinggi disertai dengan rasa mahabbah kecin-taan yang paling ialah sebutan yang mencakup seluruh apa yang dicintai dan diridhai Allah Subhanahu wa Ta’ala , baik berupa ucapan atau perbuatan, yang zhahir maupun yang batin. Ini adalah definisi ibadah yang paling itu terbagi menjadi ibadah hati, lisan dan anggota badan. Rasa khauf takut, raja’ mengharap, mahabbah cinta, tawakkal ketergantungan, raghbah senang dan rahbah takut adalah ibadah qalbiyah yang berkaitan dengan hati. Sedangkan shalat, zakat, haji dan jihad adalah ibadah badaniyah qalbiyah fisik dan hati. Serta masih banyak lagi macam-macam ibadah yang berkaitan dengan hati, lisan dan inilah yang menjadi tujuan penciptaan manusia. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirmanوَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ ﴿٥٦﴾ مَا أُرِيدُ مِنْهُمْ مِنْ رِزْقٍ وَمَا أُرِيدُ أَنْ يُطْعِمُونِ ﴿٥٧﴾ إِنَّ اللَّهَ هُوَ الرَّزَّاقُ ذُو الْقُوَّةِ الْمَتِينُDan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembahKu. Aku tidak menghendaki rezki sedikitpun dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya mereka memberi Aku makan. Sesungguhnya Allah Dialah Maha Pemberi rezki Yang Mempunyai Kekuatan lagi Sangat Kokoh. [Adz-Dazariyat/51 56-58]Allah Subhanahu wa Ta’ala memberitahukan, hikmah penciptaan jin dan manusia adalah agar mereka melaksanakan ibadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala . Dan Allah Mahakaya, tidak membutuhkan ibadah mereka, akan tetapi merekalah yang membutuhkannya; karena ketergantungan mereka kepada Allah, maka mereka menyembahNya sesuai dengan aturan syari’atNya. Maka siapa yang menolak beribadah kepada Allah, ia adalah sombong. Siapa yang menyembahNya tetapi dengan selain apa yang disyari’atkanNya maka ia adalah mubtadi’ pelaku bid’ah. Dan siapa yang hanya menyembahNya dan dengan syari’atNya, maka dia adalah mukmin muwahhid yang mengesakan Allah.Macam-Macam Ibadah Dan Keluasan Cakupannya Ibadah itu banyak macamnya. Ia mencakup semua macam ketaatan yang nampak pada lisan, anggota badan dan yang lahir dari hati. Seperti dzikir, tasbih, tahlil dan membaca Al-Qur’an ; shalat, zakat, puasa, haji, jihad, amar ma’ruf nahi mungkar, berbuat baik kepada kerabat, anak yatim, orang miskin dan ibnu sabil . Begitu pula cinta kepada Allah dan RasulNya, khasyyatullah takut kepada Allah, inabah kembali kepadaNya, ikhlas kepadaNya, sabar terhadap hukumNya, ridha dengan qadha’Nya, tawakkal, mengharap nikmatNya dan takut dari ibadah mencakup seluruh tingkah laku seorang mukmin jika diniatkan qurbah mendekatkan diri kepada Allah atau apa-apa yang membantu qurbah. Bahkan adat kebiasaan yang mubah pun bernilai ibadah jika diniatkan sebagai bekal untuk taat kepadaNya. Seperti tidur, makan, minum, jual-beli, bekerja mencari nafkah, nikah dan sebagainya. Berbagai kebiasaan tersebut jika disertai niat baik benar maka menjadi bernilai ibadah yang berhak mendapatkan pahala. Karenanya, tidaklah ibadah itu terbatas hanya pada syi’ar-syi’ar yang biasa YANG SALAH TENTANG PEMBATASAN IBADAH Ibadah adalah perkara tauqifiyah . Artinya tidak ada suatu bentuk ibadah pun yang disyari’atkan kecuali berdasarkan Al-Qur’an dan As-Sunnah. Apa yang tidak disyari’atkan berarti bid’ah mardudah bid’ah yang ditolak, sebagaimana sabda Nabi Shallallahu alaihi wa sallam مَنْ أَحْدَثَ فِى أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّBarangsiapa melaksanakan suatu amalan tidak atas perintah kami, maka ia ditolak [HR al-Bukhari dan Muslim]Maksudnya, amalnya ditolak dan tidak diterima, bahkan ia berdosa karenanya, sebab amal tersebut adalah maksiat, bukan ta’at. Kemudian manhaj yang benar dalam pelaksanaan ibadah yang disyari’atkan adalah sikap pertengahan. Antara meremehkan dan malas dengan sikap ekstrim serta melampaui batas. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman kepada NabiNya Shallallahu alaihi wa sallamفَاسْتَقِمْ كَمَا أُمِرْتَ وَمَنْ تَابَ مَعَكَ وَلَا تَطْغَوْا Maka tetaplah kamu pada jalan yang benar, sebagaimana diperintahkan kepadamu dan juga orang yang telah taubat beserta kamu dan janganlah kamu melampaui batas.[Hud/11 112]Ayat al-Qur’an ini adalah garis petunjuk bagi langkah manhaj yang benar dalam pelaksanaan ibadah. Yaitu dengan beristiqamah dalam melaksanakan ibadah pada jalan tengah, tidak kurang atau lebih, sesuai dengan petunjuk syari’at sebagaimana yang diperintahkan padamu. Kemudian Dia menegaskan lagi dengan firmanNya “Dan janganlah kamu melampaui batas.”Tughyan adalah melampaui batas dengan bersikap terlalu keras dan memaksakan kehendak serta mengada-ada. Ia lebih dikenal dengan Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam mengetahui bahwa tiga orang dari sahabatnya melakukan ghuluw dalam ibadah, di mana seorang dari mereka berkata, “Saya puasa terus dan tidak berbuka”, dan yang kedua berkata, “Saya shalat terus dan tidak tidur”, lalu yang ketiga berkata, “Saya tidak menikahi wanita”. Maka beliau Shallallahu alaihi wa sallam bersabdaلَكِنِّيْ أَصُوْمُ وَأُفْطِرُ، وَأُصَلِّي وَأَرْقُدُ، وَأَتَزَوَّجُ النِّسَاءَ، فَمَنْ رَغِبَ عَنْ سُنَّتِيْ فَلَيْسَ مِنِّيْAdapun saya, maka saya berpuasa dan berbuka, saya shalat dan tidur, dan saya menikahi perempuan. Maka barangsiapa tidak menyukai jejakku maka dia bukan dari bagian atau golongan-ku. [HR al-Bukhari dan Muslim]Ada Dua Golongan Yang Saling Bertentangan Dalam Soal Ibadah. Golongan Pertama. Yang mengurangi makna ibadah serta meremehkan pelaksanaannya. Mereka meniadakan berbagai macam ibadah dan hanya melaksanakan ibadah-ibadah yang terbatas pada syi’ar-syi’ar tertentu dan sedikit, yang hanya diadakan di masjid-masjid saja. Tidak ada ibadah di rumah, di kantor, di toko, di bidang sosial, politik, juga tidak dalam peradilan kasus sengketa dan dalam perkara-perkara kehidupan masjid mempunyai keistimewaan dan harus dipergunakan dalam shalat fardhu lima waktu. Akan tetapi ibadah mencakup seluruh aspek kehidupan muslim, baik di masjid maupun di luar Kedua. Yang bersikap berlebih-lebihan dalam praktek ibadah sampai pada batas ekstrim; yang sunnah mereka angkat sampai menjadi wajib, sebagaimana yang mubah mereka angkat menjadi haram. Mereka menghukumi sesat dan salah orang yang menyalahi manhaj mereka, serta menyalahkan pemahaman-pemahaman sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam dan seburuk-buruk perkara adalah yang bid’ UBUDIYAH YANG BENAR Sesungguhnya ibadah itu berlandaskan pada tiga pilar sentral, yaitu hubb cinta, khauf takut dan raja’ harapan.Rasa cinta harus dibarengi dengan sikap rasa rendah diri, sedangkan khauf harus dibarengi dengan raja’ . Dalam setiap ibadah harus terkumpul unsur-unsur Subhanahu wa Ta’ala berfirman tentang sifat hamba-hambaNya yang mukminيُحِبُّهُمْ وَيُحِبُّونَهُDia mencintai mereka dan mereka mencintaiNya [Al-Ma’idah/5 54]وَالَّذِينَ آمَنُوا أَشَدُّ حُبًّا لِلَّهِAdapun orang-orang yang beriman sangat cinta kepada Allah [Al-Baqarah/2 165]Dia Subhanahu wa Ta’ala berfirman menyifati para rasul dan كَانُوا يُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ وَيَدْعُونَنَا رَغَبًا وَرَهَبًا ۖ وَكَانُوا لَنَا خَاشِعِينَSesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam mengerjakan perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdo’a kepada Kami dengan harap dan cemas. Dan mereka adalah orang-orang yang khusyu kepada Kami [Al-Anbiya/21 90]Sebagian salaf berkata “Siapa yang menyembah Allah dengan rasa hubb cinta saja maka ia zindiq[1]. Siapa yang menyembahNya dengan raja’ harapan saja maka ia adalah murji’[2]. Dan siapa yang menyembahNya hanya dengan khauf takut saja, maka ia adalah haruriy[3]. Siapa yang menyembahNya dengan hubb, khauf dan raja’ maka ia adalah mukmin muwahhid.” Hal ini disebutkan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam Risalah juga berkata “Dien Allah adalah menyembahNya, ta’at dan tunduk kepadaNya. Asal makna ibadah adalah adzdzull hina. Dikatakan ” ” jika jalan itu dihinakan dan diinjak-injak oleh kaki manusia. Akan tetapi ibadah yang diperintahkan mengandung makna dzull dan hubb. Yakni mengandung makna dzull yang paling dalam dengan hubb yang paling tinggi kepadanya. Siapa yang tunduk kepada seseorang dengan perasaan benci kepadanya, maka ia bukanlah menghamba menyembah kepadanya. Dan jika ia menyukai sesuatu tetapi tidak tunduk kepadanya, maka ia pun tidak menghamba menyembah kepadanya. Sebagaimana seorang ayah mencintai anak atau rekannya. Karena itu tidak cukup salah satu dari keduanya dalam beribadah kepada Allah, tetapi hendaknya Allah lebih dicintainya dari segala sesuatu dan Allah lebih diagungkan dari segala sesuatu. Tidak ada yang berhak mendapat mahabbah cinta dan khudhu’ ketundukan yang sempurna selain Allah[4]. Inilah pilar-pilar kehambaan yang merupakan poros segala amal Qayyim berkata dalam Nuniyah-nya “Ibadah kepada Ar-Rahman adalah cinta yang dalam kepada-Nya, beserta kepatuhan penyembahNya. Dua hal ini adalah ibarat dua kutub. Di atas keduanyalah orbit ibadah beredar. Ia tidak beredar sampai kedua kutub itu berdiri tegak. Sumbunya adalah perintah, perintah rasulNya. Bukan hawa nafsu dan syetan.”Ibnu Qayyim menyerupakan beredarnya ibadah di atas rasa cinta dan tunduk bagi yang dicintai, yaitu Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan beredarnya orbit di atas dua kutubnya. Beliau juga menyebutkan bahwa beredarnya orbit ibadah adalah berdasarkan perintah rasul dan syari’atnya, bukan berdasarkan hawa nafsu dan setan. Karena hal yang demikian bukanlah ibadah. Apa yang disyari’atkan baginda Rasul Shallallahu alaihi wa sallam itulah yang memutar orbit ibadah. Ia tidak diputar oleh bid’ah, nafsu dan DITERIMANYA IBADAH Agar bisa diterima, ibadah disyaratkan harus benar. Dan ibadah itu tidak benar kecuali dengan ada karena Allah semata, bebas dari syirik besar dan dengan tuntunan Rasul Shallallahu alaihi wa sallamSyarat pertama adalah konsekuensi dari syahadat laa ilaaha illa-llah, karena ia mengharuskan ikhlas beribadah hanya untuk Allah dan jauh dari syirik syarat kedua adalah konsekuensi dari syahadat Muhammad Rasulullah, karena ia menuntut wajibnya ta’at kepada Rasul, mengikuti syari’atnya dan meninggalkan bid’ah atau ibadah-ibadah yang diada-adakan. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirmanبَلَىٰ مَنْ أَسْلَمَ وَجْهَهُ لِلَّهِ وَهُوَ مُحْسِنٌ فَلَهُ أَجْرُهُ عِنْدَ رَبِّهِ وَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَTidak demikian bahkan barangsiapa yang menyerahkan diri kepada Allah, sedang ia berbuat kebajikan, maka baginya pahala pada sisi Tuhannya dan tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak pula mereka bersedih hati.. [Al-Baqarah/2 112]Aslama wajhahu menyerahkan diri artinya memurnikan ibadah kepada Allah. Wahuwa muhsin berbuat kebajikan artinya mengikuti RasulNya Shallallahu alaihi wa sallam .Syaikhul Islam mengatakan “Inti agama ada dua pokok yaitu kita tidak menyembah kecuali kepada Allah, dan kita tidak menyembah kecuali dengan apa yang Dia syariatkan, tidak dengan bid’ah.” Sebagaimana Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirmanفَمَنْ كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًاBarangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya.[Al-Kahfi/18 110]Yang demikian adalah manifestasi perwujudan dari dua kalimat syahadat Laa ilaaha illallah dan Muhammad yang pertama, kita tidak menyembah kecuali kepadaNya. Pada yang kedua, bahwasanya Muhammad adalah utusanNya yang menyampaikan ajaranNya. Maka kita wajib membenarkan dan mempercayai beritanya serta menta’ati perintahnya. Beliau telah menjelaskan bagaimana cara kita beribadah kepada Allah, dan beliau melarang kita dari hal-hal baru atau bid’ah. Beliau mengatakan bahwa bid’ah itu sesat.[Disalin dari kitab At-Tauhid Lish Shaffil Awwal Al-Ali, Edisi Indonesia Kitab Tauhid 1, Penulis Syaikh Dr Shalih bin Fauzan bin Abdullah bin Fauzan, Penerjemah Agus Hasan Bashori Lc, Penerbit Darul Haq] _______ Footnote [1] Zindiq adalah istilah untuk setiap munafik, orang yang sesat dan mulhid, -pent. [2] Murji’ adalah orang Murji’ah, yaitu golongan yang mengatakan bahwa amal bukan bagiandari iman. Iman hanya dengan hati ,-pent [3] Haruriy adalah orang dari golongan Khawarij, yang pertama kali muncul di Harurro, dekat Kufah, yang berkeyakinan bahwa orang mukmin yang berdosa adalah kafir ,-pent [4] Majmu’ah Tauhid Najdiyah 542 Home /A4. Makna dan Hakikat.../Ibadah Pengertian, Macam...
Ritual dikenal dengan istilah “ritus”, dalam bahasa Inggris “rites”, yang berarti segala yang dihubungkan dengan tindakan atau upacara keagamaan. Ritus ini dilakukan untuk mendapatkan berkah atau rezeki yang banyak dari suatu pekerjaan, ada untuk menolak bahaya yang telah atau yang akan datang, ada ritual untuk mengobati penyakit, ada upacara karena perubahan atau siklus dalam kehidupan manusia, seperti pernikahan, kehamilan, kelahiran dan sebagainya, ada pula upacara menjelang puasa di bulan Upacara ritual ini dimaksudkan untuk mengontrol, dengan konservatif, perilaku, keadaan hati, perasaan, dan nilai-nilai dalam kelompok secara keseluruhan. 35 Harun Hadiwijono, Iman Kristen, Gunung Mulia, Jakarta, 1995, hlm. 479-480 36 Bustanuddin Agus, Agama dalam Kehidupan Manusia, PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2006, hlm. 96-97 Upacara ritual dianggap memuat perubahan keadaan yang mendasar pada manusia, alam dan mengangkat pengalaman baru, yakni pengalaman religi akan yang Ilahi. Suatu perubahan yang dapat memulihkan keseimbangan, melestarikan sistem tradisi dalam kehidupan. Simbol-simbol ritual tidak hanya menunjuk pada individu, kesejahteraan masyarakat, namun juga keberadaan religiusnya. Secara sosial, upacara itu berfungsi untuk menandai, sekaligus berfungsi untuk mengontrol perilaku, perasaan, dan nilai-nilai dalam kelompok secara keseluruhan agar seseorang mempunyai tanggung jawab secara individual, baik dirinya sendiri sebagai individu maupun masyarakat dan secara religius, menampilkan tanggung jawab setiap manusia untuk melestarikan tradisi “Upacara ritual atau ritus dalam agama biasa dikenal dengan ibadah, kebaktian, berdoa, atau sembahyang. Setiap agama mengajarkan berbagai macam ibadah. Kecenderungan agama mengajarkan banyak ibadah dalam kehidupan sehari-hari supaya manusia tidak terlepas dari kontak dengan Tuhannya. Bahkan dalam Islam mengajarkan semua aktivitas manusia hendaknya dijadikan ibadah kepada Allah SWT. seperti yang terdapat dalam Surat Al-Dzariyat ayat 55-56 .َنْوُدُبْعَ يِل َّلاِا َسْنِلإاَو َّنِلجا ُتْقَلَخ اَمَو .َْيِْنِمْؤُمْلا ُعَفْ نَ ت َرْكِّذلا َّنِاَف ْرِّكَذَو ةيرذلا55 -56 “Dan tetaplah memberi peringatan, Karena Sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang yang beriman. Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku”. 38 37 Mariasusai Dhavamony, Fenomenologi Agama, Kanisius, Yogyakarta, 1995, hlm. 174-183 38 Yayasan Penyelenggara dan Penterjemah dan Departemen Agama RI., Al-Qur’an dan Pemahaman tentang ibadah agama Katholik itu sendiri berasal dari Alkitab. Ibadah agama Katholik adalah suatu kegiatan khusus atau gaya hidup penganut suatu agama yang dilakukan untuk menyembah Tuhan. Ibadah adalah hal yang sangat umum dan sangat berkaitan erat dengan hidup sehari-hari. Ibadah juga memiliki makna yang sangat luas mengingat bahwa setiap bangsa, suku bangsa, dan agama-agama yang ada mempunyai ritual yang berbeda-beda dalam beribadah. Misalnya dalam agama Katholik, umat Katholik berbondong-bondong pergi ke Gereja pada setiap hari Minggu, bernyanyi, berdoa dan lain-lain. Nilai dari sebuah ibadah terletak pada ritual, antara lain rutinitas dari orang-orang yang melakukan ibadah; kehadiran seseorang dalam ibadah dan kehadiran tersebut mampu merealisasikan kasih Tuhan dalam kehidupan sehari-hari; ibadah menjadi bagian hidup yang utuh dari iman dan tidak Unsur-unsur ibadah umat Katholik secara ringkas akan diuraikan sebagai berikut a. Votum dan salam Dalam ibadah agama Katholik, votum dan salam memuat rumusan ucapan yang di ambil dari Alkitab, misalnya Mazmur 1466 “Dia yang menjadikan langit dan bumi” ataupun di ambil dari ucapan Paulus, misalnya yang terdapat dalam 1Tesalonika 11 “Kasih karunia dan damai sejahtera menyertai kamu.” b. Nash pembimbing. Dalam ibadah, wajib menggunakan nash pembimbing, unsur peribadatan ini juga diambil dari Alkitab sesuai dengan fungsinya, maka nash 39 pembimbing dipilih berdasarkan tema atau isi bagian Alkitab yang dipilih untuk hari itu. c. Hukum Tuhan. Ada beberapa ayat yang sering dipilih dari Alkitab, yaitu Keluaran 201-17 dan di dalam Perjanjian Baru, ayat yang dipilih Markus 12 29-31 d. Pengakuan dosa dan berita anugerah. Unsur pengakuan dosa dan berita anugerah Tuhan adalah unsur-unsur yang selalu berdampingan untuk merefleksikan pengampunan Tuhan yang dialami oleh orang-orang dengan kesungguhan dan rendah hati mengaku dosanya dan memohon pengampunan kepada Tuhan. Ucapan pengakuan dosa bisa dibaca sendiri oleh pemimpin ibadah atau berbalas-balasan dengan jemaat, dan bisa diucapkan dengan nyaring atau setengah suara. Unsur berita anugerah diambil dari Matius 11 28 “Marilah kepadaKu, semua yang letih lesu dan berbeban berat. Aku akan memberi kelegaan kepadamu.” e. Berkat rasuli. Berkat rasuli sebagai unsur liturgi yang terakhir, rumusan berkat berupa ucapan salam dan berkat yang Paulus ucapkan di dalam surat-suratnya. Didahului oleh ucapan “Terimalah berkat Tuhan” dan diakhiri dengan Roma 16 24 “Kasih karunia Yesus Kristus, Tuhan kita, menyertai kamu sekalian. Amin.” 40 Biasanya ibadah umat Katholik lebih didominasi oleh pujian dan penyembahan kepada Tuhan Yang maha Besar, serta diiringi dengan kebaktian-kebaktian guna meningkatkan kualitas rohani umat Herlianto menyebutkan ibadah umat Katholik dengan berbagai macam istilah kumpulan, 40 Weinata Sairin, Persebaran Firman di Sepanjang Zaman, PT. BPK Gunung Mulia, Jakarta, 1994, hlm. 108-109 41 pertemuan, ibadah. Istilah resmi dalam literatur theologis ialah “liturgia” yaitu pelayanan untuk kepentingan persekutuan. Perjanjian Baru juga menggunakan istilah liturgia, tetapi dalam arti yang luas yaitu ibadah dalam Bait Allah 28, persembahan jemaat, juga diartikan pelayanan Lebih daripada itu dalam ibadah, terjadi dialog antara Tuhan dan jemaat sebagai umatNya. Tuhan berfirman, memberi, mengampuni dosa-dosa manusia, menjawab ucapan syukur dari jemaat, sedangkan jemaat hanya bisa menerima, mengucap syukur, serta memuji nama-Nya, dan lain-lain. Ibadah umat Katholik selalu diadakan pada hari Minggu, atau disebut dengan hari Tuhan, hari kebangkitan Yesus, hari kemenangan. Ibadah umat Katholik merupakan suatu peristiwa kristologis yang menunjuk kepada Sabat 42 yang bisa membukakan mata batin umat Katholik terhadap kehidupan. Sebab umat Katholik beribadah untuk tidak melakukan perbuatan dosa, kesalahan, dan terutama pemberitaan anugerah, memberikan keberanian dan kekuatan kepada umat Katholik untuk terus hidup. Ibadah yang dilakukan oleh umat Katholik, antara lain doa, pengucapan syukur, pengakuan iman, nyanyian, dan puji-pujian. Umat Katholik merealiasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Kegiatan ibadah tersebut dimulai dari hari Senin sampai Sabtu. Ibadah bukanlah tertuju kepada manusia tetapi kepada Tuhan sebagai Pencipta dan Pemelihara. Lahirnya ibadah didasarkan kepada perintah Tuhan kemudian datang kepadaNya dan bertobat .43 Gambaran ekspresi ibadah dalam agama Katholik dibagi menjadi lima, yakni 1. Proclamation pemberitaan/pernyataan, pemberitaan firman bersifat positif, jelas, dan menarik. Pemberitaan firman banyak dinyanyikan oleh umat dalam 42 Sabat adalah hari ke tujuh, hari istirahat untuk orang Israel dan jatuh pada hari sabtu 43 Abineno, Pokok-Pokok Penting dari Iman Kristen, PT. BPK Gunung Mulia, Jakarta, 1993, hlm. 213-215 kebaktian. Jadi firman Tuhan langsung ditujukan kepada manusia melalui pujian. 2. Adoration pengagungan ditujukan untuk Tuhan sepenuhnya. Terdiri atas praise pujian “Allah yang kita sembah, perbuatan-Nya besar”, worship penyembahan “Yesus disanjung, Yesus kami puja”. Dasarnya karena Dia adalah Tuhan Yang Maha Besar dan layak Perlu disadari bahwasanya pujian ini hanya diberikan kepada Tuhan karena keagungan dan kebaikan Tuhan. Keagungan dan kebaikan Tuhan harus dihayati, direnungkan, dipelajari, dan terutama dirayakan dalam ibadah yang secara spontan mengungkapkan rasa kagum dan syukur terhadap keindahan ciptaan dan keindahan alam. Rasa kagum itu berhubungan dengan kepekaan akan keindahan alam untuk melihat karya Tuhan dalam peristiwa penyelamatan, maka dari pada itu diperlukan mata iman. Penglihatan iman itu hanya dalam diri para “Oh Tuhan, Tuhan kami, betapa mulianya namaMu di singgasana bumi, Engkau yang mengatur keagungan di antara surga-surga” Mazmur 846 Pujian tersebut merupakan pujian kepada Tuhan yang telah memberikan tanggung jawab dan martabat kepada manusia atas bumi dan langit untuk mengaturnya agar lebih indah dan 44 Http 18 Desember 2007 45 Wim Van Der Weiden, Mazmur Dalam Ibadat Harian, Kanisius, Yogyakarta, 1991, hlm. 38-41 46 Erich Fromm. Manusia Menjadi Tuhan, Jalasutra, Yogyakarta, 2003, hlm. 288 47 A. S. Hadiwiyata terj dan Lembaga Biblika Indonesia, Tafsir Al-Kitab Perjanjian Lama, Kanisius, Yogyakarta, 2002, 3. Thanks Giving Ucapan syukur kepada Tuhan sepenuhnya karena Dia telah melakukan perbuatan dan pemberkatan bagi umat Katholik, “Kami naikkan syukur, terima kasih oh Tuhanku”. 4. Lamentation Ratapan/keluhan/permohonan. Nyanyian dukacita ini menguraikan tentang keruntuhan rumah Tuhan dan Yerusalem. Tangisan berhubungan dengan pekerjaan Tuhan, do’a, bagi orang lain, dunia, masyarakat, seperti dalam Kitab Ratapan Yesemia, tangisan Yesus untuk Yerusalem “Nyatakan kasihmu di tengah kami . . . . kasih yang menangisi bangsa ini . . . 5. Battle Song Nyanyian perang, nyanyian ini sifatnya menyerang, guna menaklukkan setan, menjauhkan dari belenggu iblis. Nyanyian ini bersifat cepat, semangat ”Dalam nama Yesus ada kemenangan”.48 Ibadah dalam Alkitab memberi tempat bagi umat Katholik agar umat selalu disaksikan, agar terus diperkenalkan, diserap, dihayati dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Seluruh eksistensi kehidupan dan waktu kehidupan umat menjadi persembahan untuk Tuhan. Ibadah harus menjadi bagian dari iman. Hal ini menyadarkan bahwa menyembah Tuhan adalah tujuan keberadaan umat Katholik yang sesungguhnya, datang dan berasal dari Tuhan. Karena manusia diciptakan dan ditebus untuk mengamalkan perbuatan-perbuatan Tuhan yang Ritual terbentuk seiring dengan perjalanan sejarah dan mempunyai aneka ciri kebudayaan dari umat yang mewujudkannya. Sebagai contoh roti dan anggur yang dipakai dalam Ekaristi atau Perjamuan 48 Http 18 Desember 2007 49 Tom Kraeuter, Kunci Keberhasilan Pemimpin Pujian dan Musik, Lembaga Literatur Baptis, Bandung, 2005, hlm. 21-22 50 Aneka ragam ritual pada umumnya ditemukan pada liturgi dalam agama Katholik, antara lain pemujaan patung, simbol-simbol, pemakaian dupa, sesaji makanan dan sebagainya, ritus-ritus pengakuan dosa yang penuh penyesalan, doa perorangan atau doa bersama, nyanyian atau himne puji-pujian, membaca atau menyanyikan Alkitab, ritus-ritus pemberkatan, siklus tahunan, hari-hari dan musim-musim suci, drama suci dalam kesempatan tertentu, ritus inisiasi penerimaan, ritus pentahbisan, ritus-ritus yang berkaitan dengan kematian dan rutinitas kehidupan. Masing-masing ritus masih dilakukan oleh umat beragama dan masyarakat primitif dari dahulu hingga sekarang dan yang akan datang .51 Umat Katholik memakai tahun ibadah, disamping tahun masehi. Dalam tahun liturgi, umat Katholik memperingati karya keselamatan Yesus dengan perayaan-perayaan suci pada hari-hari tertentu sepanjang tahun. Selama peredaran tahun liturgi, Gereja memaparkan seluruh misteri Yesus, mulai dari misteri penjelmaan dan kelahiran sampai dengan kenaikan Yesus ke surga, dan kedatangan Roh Kudus serta pengharapan akan kedatangan Yesus kembali. Bila dilihat dari bentuk ibadahnya, sebagai berikut 1 Perayaan/ibadah sakramental. a. Hari Raya, seperti hari raya Natal, penampakan Tuhan atau Epifani, Paskah, Kenaikan Yesus Kristus ke Surga, Tri Tunggal Maha Kudus, kabar sukacita, Semua Orang Kudus, Santa Perawan Wanita Di kandung tanpa Dosa, dan lain-lain. b. Pesta, seperti membaptisan Tuhan, bertaubatnya Santa Paulus, Yesus dipersembahkan di Kanisah, Maria mengunjungi Elisabet, para Malaikat Agung Mikael, dan Rafaiel, pemberkatan basili lateran. 51 Dale Cannon, Enam Cara Beragama, terj. Djam’annuri dan Sahiron, Ditperta Depag RI. dan CIDA-MC Gill, Jakarta, 2002, hlm. 465 c. Peringatan wajib, seperti peringatan para malaikat pelindung, Maria dipersembahkan kepada Allah, Santo Thomas Aquino, Santo Iqnatius Loyola, Santo Fransiskus Asisi, Santa Teresia dari Avila. d. Peringatan Fakultif. Peringatan yang tidak diwajibkan secara umum atau dirayakan pada wilayah atau kelompok tertentu, seperti peringatan Santa Angela Merici, Santa Hilarius, Santa Raimundus dari 2 Ibadah Sabda, bacaan diambil dari Perjanjian Lama dan Perjanjian 3 Ibadah Harian Ibadah yang secara resmi diterapkan sehari-hari oleh Gereja, dimana tidak hanya kaum rohaniawan dan rohaniawati, kaum awam juga ikut serta dalam ibadah pagi atau ibadah sore. Secara garis besar, susunan atau struktur ibadah harian seperti dibawah ini Pembukaan Madah Hymus Bacaan singkat Lagu singkat Kidung Zakaria, Maria, Simeon Do’a permohonan Doa Bapa kami Doa penutup54 4 Ibadah Praliturgis atau ibadah devosional, seperti novena dan doa rosario55 Pada prinsipnya dengan adanya Liturgi, umat Katholik tidak akan mengalami kesulitan dalam beribadah, justru sebaliknya dapat membantu 52 Ibid., hlm. 135 53 Ibid., hlm. 71, 145. 54 Ibid., hlm. 134, 138 55 umat Katholik lebih terfokus dan lebih efektif. Bila terjadi ketidaksesuaian dengan harapan dan Liturgi, pihak gereja akan bertanggung jawab khususnya dalam bidang liturgi. Umat Katholik mengenang kebangkitan Tuhan Yesus sekali dalam sepekan, yaitu pada hari Minggu. Sekali dalam setahun kebangkitan Tuhan bersama sengsaranya itu dirayakan dalam perayaan Paskah. Perayaan paskah adalah hari raya yang paling agung bagi umat Katholik. Demikian pula setiap tahun umat Kristen merayakan hari-hari raya, seperti Natal, Kenaikan Yesus ke Hari Minggu adalah hari wajib bagi umat Katholik untuk berkumpul, terutama bagi orang yang telah berumur 7 tahun ke atas. Pada hari Minggu, umat Katholik mendengarkan kabar gembira Yesus dengan hormat dan khidmat. Barang siapa yang datang terlambat atau mengganggu jalannya ibadah, maka ia berdosa. Umat Katholik harus mengikuti perayaan secara langsung, tidak boleh dengan mendengar radio atau televisi. Hari minggu itu umat Katholik merayakan Ekaristi pemberian syukur, dimana tubuh dan darah Kristus dalam bentuk roti dan anggur, sebagai kelanjutan korban salib misa kudus.57 Jadi, hari minggu adalah hari puncak ibadah, di mana umat Katholik mempersembahkan puji syukurnya, menerima rahmat, kegembiraan dan kekuatan dari Tuhan untuk kehidupannya sehari-hari. Begitu pula dengan hari raya yang lain adalah hari keagamaan hari, yang merupakan hari untuk beristirahat, bukan hari kerja atau hari untuk bersenda gurau. Sejak abad tiga pertama umat Katholik dianjurkan untuk menyucikan hari, dalam kehidupan sehari-hari melalui ibadah. Ibadah yang dihubungkan dengan 56 F. Hartono SJ. op. cit., Kanisius, Yogyakarta, 2001, hlm. 177 57 waktu tertentu, antara lain pagi, siang, sore, sebelum tidur, dan satu ibadah, yaitu ibadah bacaan. Menurut tradisi seluruh Gereja, ibadat pagi dan ibadat sore merupakan dua sendi ibadat harian yang harus dipandang dan dirayakan sebagai dua ibadat yang utama. Kedua ibadat ini merupakan inti dan bagian terpenting dari seluruh ibadat harian karena merangkum seluruh hari dari terbit matahari sampai terbenamnya matahari. Ibadah pagi, adalah gerakan yang pertama kali dilakukan oleh umat Katholik pada pagi hari. Ibadah pagi dimaksudkan supaya hati dan perbuatan disegarkan hanya untuk Tuhan. Hanya nama Tuhanlah yang selalu berada dalam pikiran umat Katholik, sebelum umat Katholik melakukan tugas-tugas. Ibadah pagi dengan sendirinya mengingatkan kepada umat Katholik akan karya keselamatan Tuhan. Oleh karena itu, pada saat ibadah pagi Tuhan menolong umatnya dan membebaskan dari ancaman maut karena umat Katholik percaya bahwa pagi hari Yesus bangkit dari alam maut. Ibadah sore, dirayakan untuk bersyukur atas anugerah yang telah diterima pada hari itu atau atas kebaikan yang telah diperbuat. Dalam rasa tenang dan puas telah menyelesaikan tugas harian, umat Katholik mendekatkan diri kepada Tuhan untuk menyatakan rasa syukur atas karunia dan kebaikan dalam dan melalui karya seseorang. Kerapkali para Bapa Gereja menghubungkan ibadah sore dengan kurban pujian sejati, yaitu kurban Yesus di tiang salib atau dengan perjamuan terakhir Yesus dengan murid-murid-Nya. Ibadah pagi dan ibadah sore dilakukan secara bersama dan salah satu dihubungkan dengan Ekaristi harian yang dirayakan pada pagi hari atau pada waktu sore 58 Wim Van Der Weiden, Mazmur dalam Ibadat Harian, Kanisius, Yogyakarta, 1991, hlm. 26-28 Ibadah bacaan berasal dari ibadah pujian dan renungan. Maksud ibadah bacaan ialah memberikan kesempatan kepada umat Katholik, khususnya umat yang mengabdikan diri secara khusus kepada Tuhan, untuk merenungkan Kitab Suci. Pembagian bacaan kitab suci pada masa tertentu, yaitu Kitab Yesaya pada masa Advent, surat kepada orang Ibrani pada masa prapaska, Kitab Yeremia pada pekan suci,59 Kitab Yohanes pada masa Paskah. Bacaan Yohanes merupakan dari peristiwa Ritus Ekaristi berasal dari bahasa Yunani “Eucharistos”, yang berarti ucapan terima kasih atau ritus perjamuan suci merupakan pusat ibadah yang penting dalam kehidupan umat Katholik. Ritus ini dikenal dengan banyak nama Liturgi Suci, Misa, dan Jamuan Untuk mengikuti ritus Ekaristi secara lebih baik maka umat Katholik harus memperhatikan dengan seksama apa yang terjadi di altar. Sebelum Misa di mulai, altar harus sudah diatur seperti meja makan dengan taplak putih. Imam dan dibantu oleh pelayan misa putra altar menyediakan makanan dan minuman diatas altar. Makanan yang dipakai adalah roti tawar kecil-kecil berbentuk bundar, yang dinamakan “hosti”. Minuman yang dipakai adalah anggur yang dituangkan ke dalam Umat Katholik mempersembahkan roti dan anggur karena dalam roti terdapat unsur-unsur tanah, udara, air, dan api yang dipadukan melalui seni dan keahlian penabur biji, penuai, dan tukang roti. Sementara anggur adalah buah dan hasil pengorbanan kerja manusia. Dalam mempersembahkan benda-benda tersebut, umat Katholik bukan saja mempersembahkan hasil bumi, tetapi juga 59 Ibid., hlm. 29. 60 Hendra Igatius A. Samakud, hlm. 144. 61 Dale Cannon, Enam Cara Beragama, terj. Djam’annuri dan Sahiron, Ditperta Depag RI, CIDA, McGill-Project, Jakarta, 2002, hlm. 485 62 kehidupan spiritual, totalitas diri umat Katholik, intelektual, kekurangan-kekurangan jasmani dan lain-lain menjadi bagian dari Yesus Kristus. Perbuatan selanjutnya adalah penyampaian Terima Kasih Agung, Do’a Ekaristi, dan Misa. Do’a Ekaristi berawal dari sebuah perbuatan memuji yang mencapai puncak suci himne “suci, suci, suci, ketika kita menyatukan diri dalam keseluruhan penghuni surga”.63 Segala perbuatan dalam Ekaristi di atas dapat disimpulkan sebagai cerminan pola dari spiritualitas, persembahan, pemberkatan, potensi manusia hanya digunakan untuk hal-hal yang sesuai dengan tujuan penebusan, dan mengajarkan umat Katholik untuk saling berbagi, serta umat Katholik dipersiapkan untuk menerima kekuasaan Roh, dicurahkan dalam kesatuan dengan Yesus Kristus Selain Ritus Ekaristi, ada juga ritus-ritus lain yang utama, yang dianugerahkan bagi keselamatan umat Katholik, yaitu Pembaptisan. Ritus Ekaristi dan Pembaptisan melambangkan dan merealisasikan sebuah kehidupan yang suci dan memberi, kemudian disatukan dengan badan Yesus Kristus. Kelima ritus lainnya penguatan, pertobatan, perminyakan bagi orang meninggal, pentahbisan seorang imam, dan perkawinan dianggap sebagai ritus turunan dari ritus Ekaristi dan Pembaptisan tadi. Dari beberapa uraian tentang ritual atau ibadah tersebut dapat diketahui bahwa ritual memiliki hubungan yang erat dengan permasalahan, yaitu pujian, karena ritual atau ibadah sendiri berarti menyembah, memuji, memuliakan dan meninggikan Tuhan melalui Yesus. 63 40
Tadabur Qs Al Maun 1-7 اَرَءَيْتَ الَّذِيْ يُكَذِّبُ بِالدِّيْنِۗ فَذٰلِكَ الَّذِيْ يَدُعُّ الْيَتِيْمَۙ وَلَا يَحُضُّ عَلٰى طَعَامِ الْمِسْكِيْنِۗ فَوَيْلٌ لِّلْمُصَلِّيْنَۙ الَّذِيْنَ هُمْ عَنْ صَلَاتِهِمْ سَاهُوْنَۙ الَّذِيْنَ هُمْ يُرَاۤءُوْنَۙ وَيَمْنَعُوْنَ الْمَاعُوْنَ ࣖ Terjemah Kemenag 2002 1. Tahukah kamu orang yang mendustakan agama? 2. Maka itulah orang yang menghardik anak yatim, 3. dan tidak mendorong memberi makan orang miskin. 4. Maka celakalah orang yang salat, 5. yaitu orang-orang yang lalai terhadap salatnya, 6. yang berbuat ria, 7. dan enggan memberikan bantuan. Ibadah sering dipahami secara sempit dalam konteks ritual ibadah semata, yakni yang hanya berkaitan dengan Alloh. Padahal ibadah bermakan luas. Ibadah secara umum dibagi 2, yaitu ibadah mahdhoh dan ghoir mahdhoh. Ibadah mahdhoh bisa dimaknai sebagai ibadah individual atau ritual yakni yang semata-mata menjadi urusan makhluk dengan Alloh. Ibadah ini menyangkut fardhu ain kewajiban Individual Sedangkan, ibadah ghoir mahdhoh dapata dimaknai sebagai ibadah yang melibatkan pihak lain. Ini merupakan ibadah social atau fardu kifayah. Seperti menjaga lingkungan hidup, membangun fasilitas umum, mengurusi fakir-miskin dsb. Qs Al Maun menjelaskan bahwa ibadah ritual seperti sholat, dzikir dan do’a haruslah berimplikasi social. Mereka yang tidak mengaktualisasikan ibadah ritualnya, misalnya sholat dalam kehidupan social disebut sebagai pendusta agama. Disitu juga disebutkan bahwa ibadah ritual khususnya Sholat harus berimplikasi pada 1. Mengurusi anak yatim 2. Peduli terhadap fakir miskin 3. Tidak riya dan sombong 4. Berbagi dengan orang lain, sekalipun dengan harta yang dicintai. Bagaimana mengintegrasikan kedua bentuk ibadah diatas ? 1. Niatkan semua perbuatannya untuk beribadah kepada Alloh 2. Lakukan Instrosfeksi diri Muhasabah tentang keberhasilan iabdah ritual dengan ibadah sosialnya 3. Anggaplah setiap tempat dan setiap waktu adalah lading amal kebaikan 4. Biasakan diri untuk memperbanyak amal social secara nyata. Semoga kita termasuk seorang muslim yang bermanfaat bagi sesama karena sebaik-baik umatku kata Rosululloh adalah umat yang paling bermanfaat pada sesamanya. Seorang insan kamil adalah orang yang memberi kemanfaatan pada lingkungan sekitarnya. Semoga kita digolongkan pada golongan Khoiru Ummat, dengan selalu memberikan kemanfaatan bagi sesama. Aamin Wallohu a’lam bi showab Sumber Al Qur’an terjemah kemenag 2002 The Wisdom Al qur’anul karim, Mizan 2013