Hampirseluruh ritual adat dalam siklus hidup orang Papua selalu diwarnai dengan tari-tarian dan nyanyian.3 Menurut pemahaman suku pada umumnya di Papua, tari-tarian dan nyanyian harus atau selalu dilaksanakan secara bersama, karena pengertian tarian sudah mencakupi nyanyian, walaupun keduanya berdiri sendiri.4
Dalamfikih terdapat konsep sepikul-segendong sebagai bentuk pembagian harta waris dari konsep Islam, perbandingan 2 : 1 bagi anak laki-laki dengan anak perempuan. Demikian juga bentuk fisik tempat ibadah Islam (masjid) masih mengacu kepada bangunan tempat ibadah agama terdahulu (Hindu), dan masih banyak contoh yang lainnya. [4]
Sembahyangatau ibadah adalah suatu bentuk kegiatan keagamaan yang menghendaki terjalinnya hubungan dengan Tuhan, dewa, roh atau kekuatan gaib yang dipuja, dengan melakukan kegiatan yang disengaja. Sembahyang dapat dilakukan secara bersama-sama atau perseorangan. Dalam beberapa tradisi agama, sembahyang dapat melibatkan nyanyian berupa himne, tarian,
Liturgiberasal dari bahasa Yunani “Leiturgia” artinya “melayani, melaksanakan dinas atau memengang jabatan”. Namun jika dilihat dari tulisan harafiahnya kata leiturgia berasal dari dua kata yaitu leitos yang artinya rakyat atau umat dan ergon yang berarti pekerjaan atau perbuatan tugas. Jadi defenisi dari dua kata ini memiliki arti sebagai suatu pekerjaan untuk
3 Memyampaikan motivasi tentang manfaat mempelajari pelajaran yang akan,dipelajari dalam kehidupan sehari-hari ( Motivasi) 3 menit Kegiatan Inti 1. Peserta didik mengamati simulasi yang ditampilkan oleh guru 2. Peserta dididk diberi motivasi dan panduan untuk melihat,mengamati dan membaca bahan bacaan yang terkait materi kerja/usaha 3.
SyaratDiterimanya Ibadah. Ibadah adalah perkara tauqifiyah, yaitu tidak ada suatu bentuk ibadah yang disyari’atkan kecuali berdasarkan Al Quran dan As Sunnah. Agar ibadah dapat diterima, disyaratkan harus benar. Dan ibadah itu tidak bisa dikatakan benar kecuali dengan adanya dua syarat, sebagai berikut :
semogadapat memberi manfaat. A. PENGERTIAN, HAKIKAT DAN FUNGSI IBADAH. a. Pengertian Ibadah. Ibadah secara etimologi berasal dari kata bahasa Arab yaitu “abida-ya’budu-‘abdan-‘ibaadatan” yang berarti taat, tunduk, patuh dan merendahkan diri. Kesemua pengertian itu mempunyai makna yang berdekatan.
Sebagaicontoh produk aksesori misalnya kalung, bros, gelang, dan lain sebagainya.-----#-----Jangan lupa komentar & sarannyaEmail: Kunjungi terus: . Hasil Kerajinan lilin sebagai kelengkapan ritual/upacara adat. Berdasarkan prinsip kebermanfaatan di atas, maka kerajinan bahan lunak dapat dikategorikan sebagai produk-produk
. Ritual dikenal dengan istilah “ritus”, dalam bahasa Inggris “rites”, yang berarti segala yang dihubungkan dengan tindakan atau upacara keagamaan. Ritus ini dilakukan untuk mendapatkan berkah atau rezeki yang banyak dari suatu pekerjaan, ada untuk menolak bahaya yang telah atau yang akan datang, ada ritual untuk mengobati penyakit, ada upacara karena perubahan atau siklus dalam kehidupan manusia, seperti pernikahan, kehamilan, kelahiran dan sebagainya, ada pula upacara menjelang puasa di bulan Upacara ritual ini dimaksudkan untuk mengontrol, dengan konservatif, perilaku, keadaan hati, perasaan, dan nilai-nilai dalam kelompok secara keseluruhan. 35 Harun Hadiwijono, Iman Kristen, Gunung Mulia, Jakarta, 1995, hlm. 479-480 36 Bustanuddin Agus, Agama dalam Kehidupan Manusia, PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2006, hlm. 96-97 Upacara ritual dianggap memuat perubahan keadaan yang mendasar pada manusia, alam dan mengangkat pengalaman baru, yakni pengalaman religi akan yang Ilahi. Suatu perubahan yang dapat memulihkan keseimbangan, melestarikan sistem tradisi dalam kehidupan. Simbol-simbol ritual tidak hanya menunjuk pada individu, kesejahteraan masyarakat, namun juga keberadaan religiusnya. Secara sosial, upacara itu berfungsi untuk menandai, sekaligus berfungsi untuk mengontrol perilaku, perasaan, dan nilai-nilai dalam kelompok secara keseluruhan agar seseorang mempunyai tanggung jawab secara individual, baik dirinya sendiri sebagai individu maupun masyarakat dan secara religius, menampilkan tanggung jawab setiap manusia untuk melestarikan tradisi “Upacara ritual atau ritus dalam agama biasa dikenal dengan ibadah, kebaktian, berdoa, atau sembahyang. Setiap agama mengajarkan berbagai macam ibadah. Kecenderungan agama mengajarkan banyak ibadah dalam kehidupan sehari-hari supaya manusia tidak terlepas dari kontak dengan Tuhannya. Bahkan dalam Islam mengajarkan semua aktivitas manusia hendaknya dijadikan ibadah kepada Allah SWT. seperti yang terdapat dalam Surat Al-Dzariyat ayat 55-56 .َنْوُدُبْعَ يِل َّلاِا َسْنِلإاَو َّنِلجا ُتْقَلَخ اَمَو .َْيِْنِمْؤُمْلا ُعَفْ نَ ت َرْكِّذلا َّنِاَف ْرِّكَذَو ةيرذلا55 -56 “Dan tetaplah memberi peringatan, Karena Sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang yang beriman. Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku”. 38 37 Mariasusai Dhavamony, Fenomenologi Agama, Kanisius, Yogyakarta, 1995, hlm. 174-183 38 Yayasan Penyelenggara dan Penterjemah dan Departemen Agama RI., Al-Qur’an dan Pemahaman tentang ibadah agama Katholik itu sendiri berasal dari Alkitab. Ibadah agama Katholik adalah suatu kegiatan khusus atau gaya hidup penganut suatu agama yang dilakukan untuk menyembah Tuhan. Ibadah adalah hal yang sangat umum dan sangat berkaitan erat dengan hidup sehari-hari. Ibadah juga memiliki makna yang sangat luas mengingat bahwa setiap bangsa, suku bangsa, dan agama-agama yang ada mempunyai ritual yang berbeda-beda dalam beribadah. Misalnya dalam agama Katholik, umat Katholik berbondong-bondong pergi ke Gereja pada setiap hari Minggu, bernyanyi, berdoa dan lain-lain. Nilai dari sebuah ibadah terletak pada ritual, antara lain rutinitas dari orang-orang yang melakukan ibadah; kehadiran seseorang dalam ibadah dan kehadiran tersebut mampu merealisasikan kasih Tuhan dalam kehidupan sehari-hari; ibadah menjadi bagian hidup yang utuh dari iman dan tidak Unsur-unsur ibadah umat Katholik secara ringkas akan diuraikan sebagai berikut a. Votum dan salam Dalam ibadah agama Katholik, votum dan salam memuat rumusan ucapan yang di ambil dari Alkitab, misalnya Mazmur 1466 “Dia yang menjadikan langit dan bumi” ataupun di ambil dari ucapan Paulus, misalnya yang terdapat dalam 1Tesalonika 11 “Kasih karunia dan damai sejahtera menyertai kamu.” b. Nash pembimbing. Dalam ibadah, wajib menggunakan nash pembimbing, unsur peribadatan ini juga diambil dari Alkitab sesuai dengan fungsinya, maka nash 39 pembimbing dipilih berdasarkan tema atau isi bagian Alkitab yang dipilih untuk hari itu. c. Hukum Tuhan. Ada beberapa ayat yang sering dipilih dari Alkitab, yaitu Keluaran 201-17 dan di dalam Perjanjian Baru, ayat yang dipilih Markus 12 29-31 d. Pengakuan dosa dan berita anugerah. Unsur pengakuan dosa dan berita anugerah Tuhan adalah unsur-unsur yang selalu berdampingan untuk merefleksikan pengampunan Tuhan yang dialami oleh orang-orang dengan kesungguhan dan rendah hati mengaku dosanya dan memohon pengampunan kepada Tuhan. Ucapan pengakuan dosa bisa dibaca sendiri oleh pemimpin ibadah atau berbalas-balasan dengan jemaat, dan bisa diucapkan dengan nyaring atau setengah suara. Unsur berita anugerah diambil dari Matius 11 28 “Marilah kepadaKu, semua yang letih lesu dan berbeban berat. Aku akan memberi kelegaan kepadamu.” e. Berkat rasuli. Berkat rasuli sebagai unsur liturgi yang terakhir, rumusan berkat berupa ucapan salam dan berkat yang Paulus ucapkan di dalam surat-suratnya. Didahului oleh ucapan “Terimalah berkat Tuhan” dan diakhiri dengan Roma 16 24 “Kasih karunia Yesus Kristus, Tuhan kita, menyertai kamu sekalian. Amin.” 40 Biasanya ibadah umat Katholik lebih didominasi oleh pujian dan penyembahan kepada Tuhan Yang maha Besar, serta diiringi dengan kebaktian-kebaktian guna meningkatkan kualitas rohani umat Herlianto menyebutkan ibadah umat Katholik dengan berbagai macam istilah kumpulan, 40 Weinata Sairin, Persebaran Firman di Sepanjang Zaman, PT. BPK Gunung Mulia, Jakarta, 1994, hlm. 108-109 41 pertemuan, ibadah. Istilah resmi dalam literatur theologis ialah “liturgia” yaitu pelayanan untuk kepentingan persekutuan. Perjanjian Baru juga menggunakan istilah liturgia, tetapi dalam arti yang luas yaitu ibadah dalam Bait Allah 28, persembahan jemaat, juga diartikan pelayanan Lebih daripada itu dalam ibadah, terjadi dialog antara Tuhan dan jemaat sebagai umatNya. Tuhan berfirman, memberi, mengampuni dosa-dosa manusia, menjawab ucapan syukur dari jemaat, sedangkan jemaat hanya bisa menerima, mengucap syukur, serta memuji nama-Nya, dan lain-lain. Ibadah umat Katholik selalu diadakan pada hari Minggu, atau disebut dengan hari Tuhan, hari kebangkitan Yesus, hari kemenangan. Ibadah umat Katholik merupakan suatu peristiwa kristologis yang menunjuk kepada Sabat 42 yang bisa membukakan mata batin umat Katholik terhadap kehidupan. Sebab umat Katholik beribadah untuk tidak melakukan perbuatan dosa, kesalahan, dan terutama pemberitaan anugerah, memberikan keberanian dan kekuatan kepada umat Katholik untuk terus hidup. Ibadah yang dilakukan oleh umat Katholik, antara lain doa, pengucapan syukur, pengakuan iman, nyanyian, dan puji-pujian. Umat Katholik merealiasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Kegiatan ibadah tersebut dimulai dari hari Senin sampai Sabtu. Ibadah bukanlah tertuju kepada manusia tetapi kepada Tuhan sebagai Pencipta dan Pemelihara. Lahirnya ibadah didasarkan kepada perintah Tuhan kemudian datang kepadaNya dan bertobat .43 Gambaran ekspresi ibadah dalam agama Katholik dibagi menjadi lima, yakni 1. Proclamation pemberitaan/pernyataan, pemberitaan firman bersifat positif, jelas, dan menarik. Pemberitaan firman banyak dinyanyikan oleh umat dalam 42 Sabat adalah hari ke tujuh, hari istirahat untuk orang Israel dan jatuh pada hari sabtu 43 Abineno, Pokok-Pokok Penting dari Iman Kristen, PT. BPK Gunung Mulia, Jakarta, 1993, hlm. 213-215 kebaktian. Jadi firman Tuhan langsung ditujukan kepada manusia melalui pujian. 2. Adoration pengagungan ditujukan untuk Tuhan sepenuhnya. Terdiri atas praise pujian “Allah yang kita sembah, perbuatan-Nya besar”, worship penyembahan “Yesus disanjung, Yesus kami puja”. Dasarnya karena Dia adalah Tuhan Yang Maha Besar dan layak Perlu disadari bahwasanya pujian ini hanya diberikan kepada Tuhan karena keagungan dan kebaikan Tuhan. Keagungan dan kebaikan Tuhan harus dihayati, direnungkan, dipelajari, dan terutama dirayakan dalam ibadah yang secara spontan mengungkapkan rasa kagum dan syukur terhadap keindahan ciptaan dan keindahan alam. Rasa kagum itu berhubungan dengan kepekaan akan keindahan alam untuk melihat karya Tuhan dalam peristiwa penyelamatan, maka dari pada itu diperlukan mata iman. Penglihatan iman itu hanya dalam diri para “Oh Tuhan, Tuhan kami, betapa mulianya namaMu di singgasana bumi, Engkau yang mengatur keagungan di antara surga-surga” Mazmur 846 Pujian tersebut merupakan pujian kepada Tuhan yang telah memberikan tanggung jawab dan martabat kepada manusia atas bumi dan langit untuk mengaturnya agar lebih indah dan 44 Http 18 Desember 2007 45 Wim Van Der Weiden, Mazmur Dalam Ibadat Harian, Kanisius, Yogyakarta, 1991, hlm. 38-41 46 Erich Fromm. Manusia Menjadi Tuhan, Jalasutra, Yogyakarta, 2003, hlm. 288 47 A. S. Hadiwiyata terj dan Lembaga Biblika Indonesia, Tafsir Al-Kitab Perjanjian Lama, Kanisius, Yogyakarta, 2002, 3. Thanks Giving Ucapan syukur kepada Tuhan sepenuhnya karena Dia telah melakukan perbuatan dan pemberkatan bagi umat Katholik, “Kami naikkan syukur, terima kasih oh Tuhanku”. 4. Lamentation Ratapan/keluhan/permohonan. Nyanyian dukacita ini menguraikan tentang keruntuhan rumah Tuhan dan Yerusalem. Tangisan berhubungan dengan pekerjaan Tuhan, do’a, bagi orang lain, dunia, masyarakat, seperti dalam Kitab Ratapan Yesemia, tangisan Yesus untuk Yerusalem “Nyatakan kasihmu di tengah kami . . . . kasih yang menangisi bangsa ini . . . 5. Battle Song Nyanyian perang, nyanyian ini sifatnya menyerang, guna menaklukkan setan, menjauhkan dari belenggu iblis. Nyanyian ini bersifat cepat, semangat ”Dalam nama Yesus ada kemenangan”.48 Ibadah dalam Alkitab memberi tempat bagi umat Katholik agar umat selalu disaksikan, agar terus diperkenalkan, diserap, dihayati dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Seluruh eksistensi kehidupan dan waktu kehidupan umat menjadi persembahan untuk Tuhan. Ibadah harus menjadi bagian dari iman. Hal ini menyadarkan bahwa menyembah Tuhan adalah tujuan keberadaan umat Katholik yang sesungguhnya, datang dan berasal dari Tuhan. Karena manusia diciptakan dan ditebus untuk mengamalkan perbuatan-perbuatan Tuhan yang Ritual terbentuk seiring dengan perjalanan sejarah dan mempunyai aneka ciri kebudayaan dari umat yang mewujudkannya. Sebagai contoh roti dan anggur yang dipakai dalam Ekaristi atau Perjamuan 48 Http 18 Desember 2007 49 Tom Kraeuter, Kunci Keberhasilan Pemimpin Pujian dan Musik, Lembaga Literatur Baptis, Bandung, 2005, hlm. 21-22 50 Aneka ragam ritual pada umumnya ditemukan pada liturgi dalam agama Katholik, antara lain pemujaan patung, simbol-simbol, pemakaian dupa, sesaji makanan dan sebagainya, ritus-ritus pengakuan dosa yang penuh penyesalan, doa perorangan atau doa bersama, nyanyian atau himne puji-pujian, membaca atau menyanyikan Alkitab, ritus-ritus pemberkatan, siklus tahunan, hari-hari dan musim-musim suci, drama suci dalam kesempatan tertentu, ritus inisiasi penerimaan, ritus pentahbisan, ritus-ritus yang berkaitan dengan kematian dan rutinitas kehidupan. Masing-masing ritus masih dilakukan oleh umat beragama dan masyarakat primitif dari dahulu hingga sekarang dan yang akan datang .51 Umat Katholik memakai tahun ibadah, disamping tahun masehi. Dalam tahun liturgi, umat Katholik memperingati karya keselamatan Yesus dengan perayaan-perayaan suci pada hari-hari tertentu sepanjang tahun. Selama peredaran tahun liturgi, Gereja memaparkan seluruh misteri Yesus, mulai dari misteri penjelmaan dan kelahiran sampai dengan kenaikan Yesus ke surga, dan kedatangan Roh Kudus serta pengharapan akan kedatangan Yesus kembali. Bila dilihat dari bentuk ibadahnya, sebagai berikut 1 Perayaan/ibadah sakramental. a. Hari Raya, seperti hari raya Natal, penampakan Tuhan atau Epifani, Paskah, Kenaikan Yesus Kristus ke Surga, Tri Tunggal Maha Kudus, kabar sukacita, Semua Orang Kudus, Santa Perawan Wanita Di kandung tanpa Dosa, dan lain-lain. b. Pesta, seperti membaptisan Tuhan, bertaubatnya Santa Paulus, Yesus dipersembahkan di Kanisah, Maria mengunjungi Elisabet, para Malaikat Agung Mikael, dan Rafaiel, pemberkatan basili lateran. 51 Dale Cannon, Enam Cara Beragama, terj. Djam’annuri dan Sahiron, Ditperta Depag RI. dan CIDA-MC Gill, Jakarta, 2002, hlm. 465 c. Peringatan wajib, seperti peringatan para malaikat pelindung, Maria dipersembahkan kepada Allah, Santo Thomas Aquino, Santo Iqnatius Loyola, Santo Fransiskus Asisi, Santa Teresia dari Avila. d. Peringatan Fakultif. Peringatan yang tidak diwajibkan secara umum atau dirayakan pada wilayah atau kelompok tertentu, seperti peringatan Santa Angela Merici, Santa Hilarius, Santa Raimundus dari 2 Ibadah Sabda, bacaan diambil dari Perjanjian Lama dan Perjanjian 3 Ibadah Harian Ibadah yang secara resmi diterapkan sehari-hari oleh Gereja, dimana tidak hanya kaum rohaniawan dan rohaniawati, kaum awam juga ikut serta dalam ibadah pagi atau ibadah sore. Secara garis besar, susunan atau struktur ibadah harian seperti dibawah ini Pembukaan Madah Hymus Bacaan singkat Lagu singkat Kidung Zakaria, Maria, Simeon Do’a permohonan Doa Bapa kami Doa penutup54 4 Ibadah Praliturgis atau ibadah devosional, seperti novena dan doa rosario55 Pada prinsipnya dengan adanya Liturgi, umat Katholik tidak akan mengalami kesulitan dalam beribadah, justru sebaliknya dapat membantu 52 Ibid., hlm. 135 53 Ibid., hlm. 71, 145. 54 Ibid., hlm. 134, 138 55 umat Katholik lebih terfokus dan lebih efektif. Bila terjadi ketidaksesuaian dengan harapan dan Liturgi, pihak gereja akan bertanggung jawab khususnya dalam bidang liturgi. Umat Katholik mengenang kebangkitan Tuhan Yesus sekali dalam sepekan, yaitu pada hari Minggu. Sekali dalam setahun kebangkitan Tuhan bersama sengsaranya itu dirayakan dalam perayaan Paskah. Perayaan paskah adalah hari raya yang paling agung bagi umat Katholik. Demikian pula setiap tahun umat Kristen merayakan hari-hari raya, seperti Natal, Kenaikan Yesus ke Hari Minggu adalah hari wajib bagi umat Katholik untuk berkumpul, terutama bagi orang yang telah berumur 7 tahun ke atas. Pada hari Minggu, umat Katholik mendengarkan kabar gembira Yesus dengan hormat dan khidmat. Barang siapa yang datang terlambat atau mengganggu jalannya ibadah, maka ia berdosa. Umat Katholik harus mengikuti perayaan secara langsung, tidak boleh dengan mendengar radio atau televisi. Hari minggu itu umat Katholik merayakan Ekaristi pemberian syukur, dimana tubuh dan darah Kristus dalam bentuk roti dan anggur, sebagai kelanjutan korban salib misa kudus.57 Jadi, hari minggu adalah hari puncak ibadah, di mana umat Katholik mempersembahkan puji syukurnya, menerima rahmat, kegembiraan dan kekuatan dari Tuhan untuk kehidupannya sehari-hari. Begitu pula dengan hari raya yang lain adalah hari keagamaan hari, yang merupakan hari untuk beristirahat, bukan hari kerja atau hari untuk bersenda gurau. Sejak abad tiga pertama umat Katholik dianjurkan untuk menyucikan hari, dalam kehidupan sehari-hari melalui ibadah. Ibadah yang dihubungkan dengan 56 F. Hartono SJ. op. cit., Kanisius, Yogyakarta, 2001, hlm. 177 57 waktu tertentu, antara lain pagi, siang, sore, sebelum tidur, dan satu ibadah, yaitu ibadah bacaan. Menurut tradisi seluruh Gereja, ibadat pagi dan ibadat sore merupakan dua sendi ibadat harian yang harus dipandang dan dirayakan sebagai dua ibadat yang utama. Kedua ibadat ini merupakan inti dan bagian terpenting dari seluruh ibadat harian karena merangkum seluruh hari dari terbit matahari sampai terbenamnya matahari. Ibadah pagi, adalah gerakan yang pertama kali dilakukan oleh umat Katholik pada pagi hari. Ibadah pagi dimaksudkan supaya hati dan perbuatan disegarkan hanya untuk Tuhan. Hanya nama Tuhanlah yang selalu berada dalam pikiran umat Katholik, sebelum umat Katholik melakukan tugas-tugas. Ibadah pagi dengan sendirinya mengingatkan kepada umat Katholik akan karya keselamatan Tuhan. Oleh karena itu, pada saat ibadah pagi Tuhan menolong umatnya dan membebaskan dari ancaman maut karena umat Katholik percaya bahwa pagi hari Yesus bangkit dari alam maut. Ibadah sore, dirayakan untuk bersyukur atas anugerah yang telah diterima pada hari itu atau atas kebaikan yang telah diperbuat. Dalam rasa tenang dan puas telah menyelesaikan tugas harian, umat Katholik mendekatkan diri kepada Tuhan untuk menyatakan rasa syukur atas karunia dan kebaikan dalam dan melalui karya seseorang. Kerapkali para Bapa Gereja menghubungkan ibadah sore dengan kurban pujian sejati, yaitu kurban Yesus di tiang salib atau dengan perjamuan terakhir Yesus dengan murid-murid-Nya. Ibadah pagi dan ibadah sore dilakukan secara bersama dan salah satu dihubungkan dengan Ekaristi harian yang dirayakan pada pagi hari atau pada waktu sore 58 Wim Van Der Weiden, Mazmur dalam Ibadat Harian, Kanisius, Yogyakarta, 1991, hlm. 26-28 Ibadah bacaan berasal dari ibadah pujian dan renungan. Maksud ibadah bacaan ialah memberikan kesempatan kepada umat Katholik, khususnya umat yang mengabdikan diri secara khusus kepada Tuhan, untuk merenungkan Kitab Suci. Pembagian bacaan kitab suci pada masa tertentu, yaitu Kitab Yesaya pada masa Advent, surat kepada orang Ibrani pada masa prapaska, Kitab Yeremia pada pekan suci,59 Kitab Yohanes pada masa Paskah. Bacaan Yohanes merupakan dari peristiwa Ritus Ekaristi berasal dari bahasa Yunani “Eucharistos”, yang berarti ucapan terima kasih atau ritus perjamuan suci merupakan pusat ibadah yang penting dalam kehidupan umat Katholik. Ritus ini dikenal dengan banyak nama Liturgi Suci, Misa, dan Jamuan Untuk mengikuti ritus Ekaristi secara lebih baik maka umat Katholik harus memperhatikan dengan seksama apa yang terjadi di altar. Sebelum Misa di mulai, altar harus sudah diatur seperti meja makan dengan taplak putih. Imam dan dibantu oleh pelayan misa putra altar menyediakan makanan dan minuman diatas altar. Makanan yang dipakai adalah roti tawar kecil-kecil berbentuk bundar, yang dinamakan “hosti”. Minuman yang dipakai adalah anggur yang dituangkan ke dalam Umat Katholik mempersembahkan roti dan anggur karena dalam roti terdapat unsur-unsur tanah, udara, air, dan api yang dipadukan melalui seni dan keahlian penabur biji, penuai, dan tukang roti. Sementara anggur adalah buah dan hasil pengorbanan kerja manusia. Dalam mempersembahkan benda-benda tersebut, umat Katholik bukan saja mempersembahkan hasil bumi, tetapi juga 59 Ibid., hlm. 29. 60 Hendra Igatius A. Samakud, hlm. 144. 61 Dale Cannon, Enam Cara Beragama, terj. Djam’annuri dan Sahiron, Ditperta Depag RI, CIDA, McGill-Project, Jakarta, 2002, hlm. 485 62 kehidupan spiritual, totalitas diri umat Katholik, intelektual, kekurangan-kekurangan jasmani dan lain-lain menjadi bagian dari Yesus Kristus. Perbuatan selanjutnya adalah penyampaian Terima Kasih Agung, Do’a Ekaristi, dan Misa. Do’a Ekaristi berawal dari sebuah perbuatan memuji yang mencapai puncak suci himne “suci, suci, suci, ketika kita menyatukan diri dalam keseluruhan penghuni surga”.63 Segala perbuatan dalam Ekaristi di atas dapat disimpulkan sebagai cerminan pola dari spiritualitas, persembahan, pemberkatan, potensi manusia hanya digunakan untuk hal-hal yang sesuai dengan tujuan penebusan, dan mengajarkan umat Katholik untuk saling berbagi, serta umat Katholik dipersiapkan untuk menerima kekuasaan Roh, dicurahkan dalam kesatuan dengan Yesus Kristus Selain Ritus Ekaristi, ada juga ritus-ritus lain yang utama, yang dianugerahkan bagi keselamatan umat Katholik, yaitu Pembaptisan. Ritus Ekaristi dan Pembaptisan melambangkan dan merealisasikan sebuah kehidupan yang suci dan memberi, kemudian disatukan dengan badan Yesus Kristus. Kelima ritus lainnya penguatan, pertobatan, perminyakan bagi orang meninggal, pentahbisan seorang imam, dan perkawinan dianggap sebagai ritus turunan dari ritus Ekaristi dan Pembaptisan tadi. Dari beberapa uraian tentang ritual atau ibadah tersebut dapat diketahui bahwa ritual memiliki hubungan yang erat dengan permasalahan, yaitu pujian, karena ritual atau ibadah sendiri berarti menyembah, memuji, memuliakan dan meninggikan Tuhan melalui Yesus. 63 40
Kolom ini saya buat sebagai semacam “in memoriam” untuk mengenang almarhum Prof. Dr. KH Ali Musthafa Ya'qub 1952 – 2016, mantan Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta, Guru Besar Institut Ilmu Al-Qur'an IIQ Jakarta, tokoh Nahdlatul Ulama, dan seorang ulama pakar Hadis dan Ilmu Hadis yang sangat mumpuni dan langka di Indonesia. Ulama kelahiran Desa Kemiri, Kecamatan Subah, Kabupaten Batang, Jawa Tengah, ini juga seorang penulis produktif khususnya di bidang hukum Islam, tafsir Al-Qur'an, dan tafsir Hadis. Salah satu gagasan dan pemikirannya yang cemerlang, bernas, dan patut direnungkan secara mendalam oleh umat beragama adalah tentang merosotnya spirit atau etos “ibadah sosial” dan meningkatnya atau maraknya perilaku “ibadah personal” atau “ibadah individual” khususnya di kalangan umat Islam, lebih khusus lagi umat Islam di Indonesia. Menurut Kiai Ali Musthafa yang alumnus Universitas Islam Imam Muhammad Bin Saud dan Universitas King Saud Riyadh, Arab Saudi ini, ada dua kategori ibadah dalam Islam, yaitu 1 ibadah qashirah ibadah individual yang pahala dan manfaatnya hanya dirasakan oleh pelaku ibadah saja dan 2 ibadah muta'addiyah ibadah sosial dimana pahala dan manfaat ibadahnya tidak hanya dirasakah oleh yang bersangkutan tetapi juga oleh orang lain. Menurut Kiai Ali, contoh “ibadah individual” ini adalah haji, umrah, puasa, salat, dlsb. Sementara contoh “ibadah sosial” adalah menyantuni anak yatim, membantu fakir-miskin, memberi bantuan beasiswa pendidikan, menolong para korban bencana, menggalakkan penanggulangan kemiskinan dan kebodohan, merawat alam dan lingkungan, berbuat baik dan kasih sayang kepada sesama umat dan mahluk ciptaan Tuhan, menghargai orang lain, menghormati kemajemukan, dan masih banyak lagi. Semua itu merupakan bentuk-bentuk ibadah sosial yang memberi manfaat atau kemaslahatan kepada masyarakat banyak. Ibadah sosial lebih utama daripada ibadah individual Islam, menurut Kiai Ali, memberikan prioritas pada “ibadah sosial” ini ketimbang “ibadah individual”. Kiai Ali mengutip sebuah Hadis Qudsi yang diriwayatkan Imam Muslim dimana Nabi Muhammad SAW pernah bersabda “Tuhan Allah SWT itu ada—dan dapat ditemui—di sisi orang sakit, orang kelaparan, orang kehausan, dan orang menderita.” Itulah sebabnya Nabi Muhammad sepanjang hayatnya lebih banyak didedikasikan untuk membela kaum lemah dan tertindas serta melawan keserakahan dan keangkaramurkaan. Beliau lebih banyak menjalankan aneka bentuk ibadah sosial-kemasyarakatan ketimbang ritual-ritual keagamaan yang bersifat personal. Dalam sebuah kaedah fiqih juga dinyatakan “al-muta'addiyah afdhal min al-qashirah” ibadah sosial jauh lebih utama daripada ibadah individual. Prioritas Islam terhadap ibadah sosial daripada ibadah individual ini juga ditegaskan, tersurat, dan tersirat di dalam ribuan ayat-ayat Al-Qur'an yang memberi ruang sangat besar terhadap dimensi-dimensi sosial-kemanusiaan. Aspek-aspek “ritual-ketuhanan” justru mendapat jatah yang sangat sedikit dalam ayat-ayat Al-Qur'an. Berdasarkan sejumlah fakta dalam Al-Qur'an inilah, ditambah dengan praktik-praktik kenabian, banyak ulama, sarjana, dan pakar Islam yang menyebut Islam sebagai agama pro-kemanusiaan. Pakar kajian Islam dan studi Al-Qur'an seperti mendiang Fazlur Rahman 1919–1988, misalnya, dalam sejumlah karyanya seperti Islam, Prophecy in Islam, atau Major Themes of the Qur'an pernah menegaskan bahwa Islam adalah “agama antroposentris” yang memberi penekanan atau prioritas pada masalah-masalah kemanusiaan universal, dan bukan “agama teosentris” yang berpusat atau bertumpu pada hal-ikhwal yang berkaitan dengan ibadah ritual individual-ketuhanan. Foto privat Terperangkap” ke dalam pernik-pernik “ibadah individual” Meskipun Islam, Al-Qur'an, dan Nabi Muhammad SAW, jelas-jelas memberi ruang yang sangat besar pada masalah-masalah “ritual kemanusiaan” universal; umat Islam, sayangnya, justru lebih sibuk memikirkan dan mempraktikkan aneka “ritual ketuhanan” partikular. Meskipun Islam menegaskan ibadah sosial jauh lebih utama ketimbang ibadah individual, sebagian kaum Muslim malah “terperangkap” ke dalam pernik-pernik “ibadah individual”. Kaum Muslim begitu hiruk-pikuk dan semangat menggelorakan pentingnya haji, salat, puasa, zikir di masjid, dan semacamnya, tetapi melupakan kemiskinan global, kebodohan massal, penderitaan publik, keamburadulan tatanan sosial, kehancuran alam-lingkungan, korupsi akut yang menggerogoti institusi negara dan non-negara, dlsb. Umat Islam begitu bersemangat naik haji berkali-kali atau umrah bolak-balik dan mondar-mandir ke Mekkah dan Madinah, tidak mempedulikan besarnya biaya, tetapi mereka pikun dan tutup mata dengan aneka persoalan sosial-kemanusiaan yang menggunung di depan matanya. Umat Islam sibuk mengejar “kesalehan individual” dengan menghadiri beragam pengajian spiritual tetapi mengabaikan “kesalehan sosial” dan absen menghadiri “pengajian sosial” dengan blusukan ke tempat-tempat kumuh untuk menyambangi umat yang menderita dan kelaparan. Umat Islam rajin menumpuk pahala akhirat bak “pedagang spiritual” tetapi rabun bin pikun dengan problem sosial-kemasyarakatan yang ada di sekelilingnya. Umat Islam begitu sibuk “memikirkan” Tuhan, padahal Tuhan sendiri—seperti ditunjukkan dalam berbagai Firman-Nya dalam Al-Qur'an dan dalam Hadis Qudsi tadi—begitu “sibuk” memikirkan manusia. Saya menyebut fenomena di atas sebagai bentuk keberagamaan yang egoistik atau individualistik yang hanya mementingkan diri-sendiri dan demi mengejar kebahagiaan dan keselamatan dirinya sendiri kelak di alam akhirat, sementara cenderung bersikap masa bodoh atau acuh dengan berbagai kebobrokan, penderitaan, ketimpangan, ketidakadilan, dan kesemrawutan yang menimpa umat manusia di alam dunia ini. Umat Islam “pemburu surga” yang egois-individualis dan “salah jalan” inilah yang menjadi sasaran kritik Kiai Ali Musthafa. Semoga beliau damai di alam baka. Penulis Sumanto al Qurtuby, Staf Pengajar Antropologi Budaya dan Kepala General Studies Scientific Research, King Fahd University of Petroleum and Minerals, Arab Saudi. squrtuby Setiap tulisan yang dimuat dalam DWNesia menjadi tanggung jawab penulis.
Advertisements Ibadah merupakan salah satu cara kita mendekatkan diri kepada Allah SWT, dengan melaksanakan ibadah secara tidak langsung kita telah menjalankan perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Ibadah Mahdhah adalah merupakan sebuah ibadah yang sudah ditentukan rukun dan syaratnya. Sehingga ibadah tidak akan sah jika ibadah tersebut dilakukan tidak berdasarkan tentang pengertian atau jenis-jenis ibadah, sebagian mereka hanya fokus terhadap ibadah tertentu saja, misalnya shalat, zakat, atau puasa. Ibadah dalam agama islam dan pendapat ulama ada berbagai jenis, berikut telah penulis rangkum untuk juga Pengertian Doa Iftitah dan Juga Keajaiban Jika MembacanyaJenis – Jenis IbadahDalam agama islam ibadah terbagi menjadi dua jenis, dengan bentuk dan sifat yang berbeda, diantaranya yaitu ibadah Mahdhah dan ibadah Ghaida Mahdhah. Kali ini penulis akan membahas mengenai kedua ibadah tersebut, pertama kita akan bahas mengenai ibadah mahdhah. Ibadah mahdhah memiliki arti penghambaan murni, hanya merupakan hubungan antara hamba dengan Allah SWT secara tersebut ditunjukkan oleh tiga ciri diantaranya yaitu pertama, ibadah mahdhah adalah amalan dan ucapan yang merupakan jenis ibadah sejak asal penetapannya dari dalil syariat, artinya yaitu perkataan atau ucapan tersebut tidaklah bernilai kecuali beribadah. Kedua, ibadah mahdhah ditunjukkan dengan maksud pokok orang yang mengerjakannya, yaitu dalam meraih pahala di ketiga ibadah mahdhah hanya bisa diketahui melalui jalan wahyu, tidak ada jalan yang lainnya, termasuk melalui akal atau budaya. Sedangkan ibadah ghairu mahdhah merupakan suatu ibadah dan semua bentuk amal kegiatan yang tujuannya untuk mendekati Allah SWT, namun tempat dan waktunya tidak diatur secara perinci oleh Allah tersebut ditunjukkan oleh tiga ciri diantaranya yaitu pertama, ibadah ghairu mahdhah pada asalnya bukanlah ibadah, akan tetapi berubah status menjadi ibadah karena melihat dan menimbang niat pelakunya. Kedua, untuk memenuhi urusan atau kebutuhan yang bersifat duniawi bukan untuk meraih pahala di akhirat. Dan ketiga amal perbuatan tersebut bisa diketahui dan dikenal meskipun tidak ada wahyu dari para rasul. Temukan ratusan paket umroh dari >30 travel umroh terpercaya izin Kemenag dan tersedia keberangkatan di >50 kota hanya di marketplace Transaksi Aman, Ibadah Nyaman di Contoh Ibadah MahdhahIbadah mahdhah terdiri dari beberapa macam, berikut penulis uraikan beberapa contoh ibadah mahdhah yang senantiasa kita jalani diantaranya yaitu 1. WudhuWudhu merupakan salah satu mensuci-kan anggota tubuh dengan air. Setiap muslim diwajibkan untuk bersuci setiap akan melaksanakan sholat, karena wudhu merupakan salah satu syarat sah TayammumSuatu tindakan mensuci-kan diri dari hadas besar maupun kecil tanpa menggunakan air, dalam islam tayammum menggunakan pasir atau debu, sebagai pengganti merangkum, puasa merupakan ibadah pokok yang ditetapkan menjadi salah satu rukun islam. Puasa secara bermakna menahan diri dari makan, minum dan ucapan dari terbit fajar sampai terbenamnya matahari sesuai dengan syarat-syarat yang SholatSholat merupakan tiang agama bagi umat muslim. Sholat menjadi salah satu tempat kita berdoa mencurahkan segala keluh kesah. Doa juga menjadi ketenteraman jiwa bagi mereka yang Mandi HadasMandi hadas atau mandi wajib merupakan mandi atau menuangkan air ke seluruh badan dengan tata cara tertentu untuk menghilangkan dari hadas besar, sesuai dengan syariat tamu Allah dengan temukan paketnya cuma di HajiIbadah haji merupakan salah satu rukun islam yang dijalankan jika mampu. Ibadah haji merupakan kegiatan menziarahi ka’bah dengan melakukan serangkaian ibadah di masjidil haram dan sekitarnya, baik dalam bentuk haji ataupun UmrohUmroh merupakan serangkaian mengunjungi ka’bah dengan serangkaian khusus di sekitarnya. Perbedaan haji dengan umroh sendiri tidak ada wuquf di Arafah, berhenti di Muzdalifah, melempar jumrah dan menginap di Mina. Dengan begitu merupakan haji dalam bentuk yang sederhana yang sering disebut umroh atau haji ZakatZakat merupakan salah satu ibadah pokok dan salah satu rukun islam, yang dapat diartikan membersihkan, bertumbuh dan berkah. Zakat sendiri ada dua macam yaitu zakat mal atau yang disebut zakat harta dan zakat diri yang dikeluarkan setiap akhir bulan ramadhan yang disebut juga zakat AdzanUntuk mengetahui waktu sholat, Allah SWT telah mensyariatkan adzan sebagai tanda masuknya waktu sholat dan bersiap-siap untuk IqamahIqamah merupakan salah satu ibadah mahdhah yang memiliki arti menegakkan sholat dengan dzikir rencana untuk berangkat umroh bersama keluarga? Yuk wujudkan rencana Anda cuma di itu jadikanlah ibadah sebagai cara kita mendekatkan diri kepada sang pencipta Allah SWT, karena semua kehidupan yang kita jalani semata-mata hanya mengharapkan keridhaan dari Allah SWT. Semoga informasi yang disampaikan dapat bermafaat bagi kita semua, dan kita senantiasa menjalankan segala ibadah yang diperintahkan oleh Allah SWT.
Ilustrasi jenis-jenis ibadah. Foto PixabayIbadah merupakan salah satu tujuan penciptaan manusia. Untuk merealisasikan tujuan tersebut, diutuslah para rasul dan kitab-kitab diturunkan. Orang yang betul-betul beriman kepada Allah, tentu akan berlomba-lomba dalam hal buku Silsilah Tafsir Ayat Ahkam oleh Ustaz Isnan Anshory Lc, secara bahasa ibadah berasal dari bahasa Arab al-ibadah. Kata tersebut merupakan pola mashdar dari kata kerja abada-ya’budu yang bermakna Al-baghawi mendefinisikannya sebagai ketaatan yang didasarkan kepada penghinaan diri dan ketundukan. Sedangkan secara istilah dalam ilmu syariah, ibadah didefinisikan dengan redaksi yang ketidaktahuan orang tentang pengertian atau jenis-jenis ibadah, sebagian dari kita hanya fokus terhadap ibadah tertentu saja. Misalnya shalat, zakat, atau puasa saja. Berpijak pada kandungan makna ibadah yang begitu luas, maka secara definitif jenis-jenis ibadah itu tak terhitung Ibadah dalam IslamDalam buku Silsilah Tafsir Ayat Ahkam oleh Ustaz Isnan Anshory Lc, berdasarkan perbuatannya, ibadah dibedakan menjadi empat jenis yaituMaksudnya adalah setiap ibadah dilakukan oleh aktivitas hati. Di mana ibadah ini meliputi aspek i’tiqod atau keyakinan seperti iman kepada wujud Allah SWT. Selain i’tiqod seperti cinta kepada Allah, atau dalam bentuk tafakkur seperti merenungkan penciptaan ini dilakukan oleh aktivitas lisan. Contohnya seperti membaca alquran, bertasbih, bertahmid, bertahlil, bertakbir, dan lain Amaliyyah adalah ibadah yang dilakukan oleh aktivitas anggota tubuh. Contohnya adalah gerakan dalam sholat, melakukan puasa, haji, dan lain ini dilakukan oleh seorang hamba dengan mendermakan hartanya. Misalnya menunaikan zakat dan Ibadah Menurut UlamaIlustrasi contoh ibadah sholat. Foto PixabaySedangkan dalam buku Mukjizat Ibadah Dimana Ibadah Bukan Hanya Sekedar Kewajiban oleh Ibnu Abdullah, menyebutkan para ulama membagi ibadah dalam dua jenis. Yaitu ibadah mahdhah dan ibadah mahdhah adalah ibadah yang bersifat ta’abudi atau mempunyai hubungan langsung dengan Allah. Ibadah ini biasanya berupa tindakan penyembahan seorang hamba kepada ulama menyatakan bahwa yang termasuk jenis ibadah mahdhah adalah shalat, puasa, haji, dzikir, dan puasa. elanjutnya ibadah ini disebut sebagai ibadah kedua adalah ibadah mu’amalah, yaitu ibadah yang mencakup hubungan antar manusia dalam rangka mengabdi kepada Allah. Ibadah jenis ini biasanya berupa amal kebajikan yang berkaitan dengan hubungan sesama manusia. Maka ibadah ini bersifat lebih mudah memahami dua pengertian jenis ibadah tersebut, kita bisa mengambil contoh sholat dan menolong orang yang termasuk ibadah mahdhah sebab dilakukan seseorang untuk menyembah langsung kepada Allah. Sementara menolong orang adalah termasuk ibadah mu’amalah. Menolong orang tidak termasuk jenis ibadah mahdhah karena bukan dalam bentuk menyembah Allah secara langsung. Namun berupa amal kebaikan yang hubungannya antara seseorang dengan orang jenis ibadah ini masuk dalam pengertian ibadah meskipun hubungannya berbeda. Mengapa demikian? Sebab keduanya mempunyai tujuan yang sama yakni sama-sama berniat mencari keridhaan Allah.
Ketujuh PENGERTIAN IBADAH DALAM ISLAM[1]Oleh Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas A. Definisi Ibadah Ibadah secara bahasa etimologi berarti merendahkan diri serta tunduk. Sedangkan menurut syara’ terminologi, ibadah mempunyai banyak definisi, tetapi makna dan maksudnya satu. Definisi itu antara lain adalahIbadah adalah taat kepada Allah dengan melaksanakan perintah-Nya melalui lisan para adalah merendahkan diri kepada Allah Azza wa Jalla, yaitu tingkatan tunduk yang paling tinggi disertai dengan rasa mahabbah kecintaan yang paling adalah sebutan yang mencakup seluruh apa yang dicintai dan diridhai Allah Azza wa Jalla, baik berupa ucapan atau perbuatan, yang zhahir maupun yang bathin. Yang ketiga ini adalah definisi yang paling terbagi menjadi ibadah hati, lisan, dan anggota badan. Rasa khauf takut, raja’ mengharap, mahabbah cinta, tawakkal ketergantungan, raghbah senang, dan rahbah takut adalah ibadah qalbiyah yang berkaitan dengan hati. Sedangkan tasbih, tahlil, takbir, tahmid dan syukur dengan lisan dan hati adalah ibadah lisaniyah qalbiyah lisan dan hati. Sedangkan shalat, zakat, haji, dan jihad adalah ibadah badaniyah qalbiyah fisik dan hati. Serta masih banyak lagi macam-macam ibadah yang berkaitan dengan amalan hati, lisan dan inilah yang menjadi tujuan penciptaan manusia. Allah berfirmanوَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ مَا أُرِيدُ مِنْهُم مِّن رِّزْقٍ وَمَا أُرِيدُ أَن يُطْعِمُونِ إِنَّ اللَّهَ هُوَ الرَّزَّاقُ ذُو الْقُوَّةِ الْمَتِينُ“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku. Aku tidak menghendaki rizki sedikit pun dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya mereka memberi makan kepada-Ku. Sesungguhnya Allah Dia-lah Maha Pemberi rizki Yang mempunyai kekuatan lagi sangat kokoh.” [Adz-Dzaariyaat/51 56-58]Allah Azza wa Jalla memberitahukan bahwa hikmah penciptaan jin dan manusia adalah agar mereka melaksanakan ibadah hanya kepada Allah Azza wa Jalla. Dan Allah Mahakaya, tidak membutuhkan ibadah mereka, akan tetapi merekalah yang membutuhkan-Nya, karena ketergantungan mereka kepada Allah, maka barangsiapa yang menolak beribadah kepada Allah, ia adalah sombong. Siapa yang beribadah kepada-Nya tetapi dengan selain apa yang disyari’atkan-Nya, maka ia adalah mubtadi’ pelaku bid’ah. Dan barangsiapa yang beribadah kepada-Nya hanya dengan apa yang disyari’atkan-Nya, maka ia adalah mukmin muwahhid yang mengesakan Allah. B. Pilar-Pilar Ubudiyyah yang Benar Sesungguhnya ibadah itu berlandaskan pada tiga pilar pokok, yaitu hubb cinta, khauf takut, raja’ harapan.Rasa cinta harus disertai dengan rasa rendah diri, sedangkan khauf harus dibarengi dengan raja’. Dalam setiap ibadah harus terkumpul unsur-unsur ini. Allah berfirman tentang sifat hamba-hamba-Nya yang mukminيُحِبُّهُمْ وَيُحِبُّونَهُ“Dia mencintai mereka dan merekapun mencintai-Nya.” [Al-Maa-idah/5 54]وَالَّذِينَ آمَنُوا أَشَدُّ حُبًّا لِّلَّهِ“Adapun orang-orang yang beriman sangat besar cinta-nya kepada Allah.” [Al-Baqarah/2 165]إِنَّهُمْ كَانُوا يُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ وَيَدْعُونَنَا رَغَبًا وَرَهَبًا ۖ وَكَانُوا لَنَا خَاشِعِينَ“Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam mengerjakan kebaikan dan mereka berdo’a kepada Kami dengan penuh harap dan cemas. Dan mereka adalah orang-orang yang khusyu’ kepada Kami.” [Al-Anbiya’/21 90]Sebagian Salaf berkata[2], “Siapa yang beribadah kepada Allah dengan rasa cinta saja, maka ia adalah zindiq[3], siapa yang beribadah kepada-Nya dengan raja’ saja, maka ia adalah murji’[4]. Dan siapa yang beribadah kepada-Nya hanya dengan khauf, maka ia adalah haruriy[5]. Barangsiapa yang beribadah kepada-Nya dengan hubb, khauf, dan raja’, maka ia adalah mukmin muwahhid.” C. Syarat Diterimanya Ibadah Ibadah adalah perkara tauqifiyah yaitu tidak ada suatu bentuk ibadah yang disyari’atkan kecuali berdasarkan Al-Qur-an dan As-Sunnah. Apa yang tidak disyari’atkan berarti bid’ah mardudah bid’ah yang ditolak sebagaimana sabda Nabi Shallallahu alaihi wa sallam مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ.“Barangsiapa yang beramal tanpa adanya tuntunan dari kami, maka amalan tersebut tertolak.”[6]Agar dapat diterima, ibadah disyaratkan harus benar. Dan ibadah itu tidak bisa dikatakan benar kecuali dengan adanya dua syaratIkhlas karena Allah semata, bebas dari syirik besar dan sesuai dengan tuntunan Rasulullah Shallallahu alaihi wa yang pertama merupakan konsekuensi dari syahadat laa ilaaha illallaah, karena ia mengharuskan ikhlas beribadah hanya kepada Allah dan jauh dari syirik kepada-Nya. Sedangkan syarat kedua adalah konsekuensi dari syahadat Muhammad Rasulullah, karena ia menuntut wajibnya taat kepada Rasul, mengikuti syari’atnya dan meninggal-kan bid’ah atau ibadah-ibadah yang Subhanahu wa Ta’ala berfirmanبَلَىٰ مَنْ أَسْلَمَ وَجْهَهُ لِلَّهِ وَهُوَ مُحْسِنٌ فَلَهُ أَجْرُهُ عِندَ رَبِّهِ وَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ“Tidak demikian bahkan barangsiapa yang menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah, dan ia berbuat kebajikan, maka baginya pahala di sisi Rabb-nya dan tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati.” [Al-Baqarah/2 112]Aslama wajhahu menyerahkan diri artinya memurnikan ibadah kepada Allah. Wahua muhsin berbuat kebajikan artinya mengikuti Rasul-Nya Shallallahu alaihi wa Islam mengatakan, “Inti agama ada dua pilar yaitu kita tidak beribadah kecuali hanya kepada Allah, dan kita tidak beribadah kecuali dengan apa yang Dia syari’atkan, tidak dengan bid’ah.”Sebagaimana Allah berfirmanفَمَن كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا“Maka barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Rabb-nya maka hendaknya ia mengerjakan amal shalih dan janganlah ia mempersekutukan sesuatu pun dalam beribadah kepada Rabb-nya.” [Al-Kahfi/18 110]Hal yang demikian itu merupakan manifestasi perwujudan dari dua kalimat syahadat Laa ilaaha illallaah, Muhammad yang pertama, kita tidak beribadah kecuali kepada-Nya. Pada yang kedua, bahwasanya Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam adalah utusan-Nya yang menyampaikan ajaran-Nya. Maka kita wajib membenarkan dan mempercayai beritanya serta mentaati perintahnya. Beliau Shallallahu alaihi wa sallam telah menjelaskan bagaimana cara kita beribadah kepada Allah, dan beliau Shallallahu alaihi wa sallam melarang kita dari hal-hal baru atau bid’ah. Beliau Shallallahu alaihi wa sallam mengatakan bahwa semua bid’ah itu sesat[7].Bila ada orang yang bertanya “Apa hikmah di balik kedua syarat bagi sahnya ibadah tersebut?”Jawabnya adalah sebagai berikutSesungguhnya Allah memerintahkan untuk mengikhlaskan ibadah kepada-Nya semata. Maka, beribadah kepada selain Allah di samping beribadah kepada-Nya adalah kesyirikan. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirmanفَاعْبُدِ اللَّهَ مُخْلِصًا لَّهُ الدِّينَ“Maka sembahlah Allah dengan tulus ikhlas beragama kepada-Nya.” [Az-Zumar/39 2]Sesungguhnya Allah mempunyai hak dan wewenang Tasyri’ memerintah dan melarang. Hak Tasyri’ adalah hak Allah semata. Maka, barangsiapa beribadah kepada-Nya bukan dengan cara yang diperintahkan-Nya, maka ia telah melibatkan dirinya di dalam Tasyri’.Sesungguhnya Allah telah menyempurnakan agama bagi kita[8]. Maka, orang yang membuat tata cara ibadah sendiri dari dirinya, berarti ia telah menambah ajaran agama dan menuduh bahwa agama ini tidak sempurna mempunyai kekurangan.Dan sekiranya boleh bagi setiap orang untuk beribadah dengan tata cara dan kehendaknya sendiri, maka setiap orang menjadi memiliki caranya tersendiri dalam ibadah. Jika demikian halnya, maka yang terjadi di dalam kehidupan manusia adalah kekacauan yang tiada taranya karena perpecahan dan pertikaian akan meliputi kehidupan mereka disebabkan perbedaan kehendak dan perasaan, padahal agama Islam mengajarkan kebersamaan dan kesatuan menurut syari’at yang diajarkan Allah dan Rasul-Nya. D. Keutamaan Ibadah Ibadah di dalam syari’at Islam merupakan tujuan akhir yang dicintai dan diridhai-Nya. Karenanyalah Allah menciptakan manusia, mengutus para Rasul dan menurunkan Kitab-Kitab suci-Nya. Orang yang melaksanakannya dipuji dan yang enggan melaksanakannya Subhanahu wa Ta’ala berfirmanوَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ ۚ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ“Dan Rabb-mu berfirman, Berdo’alah kepada-Ku, niscaya akan Aku perkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang sombong tidak mau beribadah kepada-Ku akan masuk Neraka Jahannam dalam keadaan hina dina.’” [Al-Mu’min/40 60]Ibadah di dalam Islam tidak disyari’atkan untuk mempersempit atau mempersulit manusia, dan tidak pula untuk menjatuhkan mereka di dalam kesulitan. Akan tetapi ibadah itu disyari’atkan untuk berbagai hikmah yang agung, kemashlahatan besar yang tidak dapat dihitung jumlahnya. Pelaksanaan ibadah dalam Islam semua adalah antara keutamaan ibadah bahwasanya ibadah mensucikan jiwa dan membersihkannya, dan mengangkatnya ke derajat tertinggi menuju kesempurnaan keutamaan ibadah juga bahwasanya manusia sangat membutuhkan ibadah melebihi segala-galanya, bahkan sangat darurat membutuhkannya. Karena manusia secara tabi’at adalah lemah, fakir butuh kepada Allah. Sebagaimana halnya jasad membutuhkan makanan dan minuman, demikian pula hati dan ruh memerlukan ibadah dan menghadap kepada Allah. Bahkan kebutuhan ruh manusia kepada ibadah itu lebih besar daripada kebutuhan jasadnya kepada makanan dan minuman, karena sesungguhnya esensi dan subtansi hamba itu adalah hati dan ruhnya, keduanya tidak akan baik kecuali dengan menghadap bertawajjuh kepada Allah dengan beribadah. Maka jiwa tidak akan pernah merasakan kedamaian dan ketenteraman kecuali dengan dzikir dan beribadah kepada Allah. Sekalipun seseorang merasakan kelezatan atau kebahagiaan selain dari Allah, maka kelezatan dan kebahagiaan tersebut adalah semu, tidak akan lama, bahkan apa yang ia rasakan itu sama sekali tidak ada kelezatan dan bahagia karena Allah dan perasaan takut kepada-Nya, maka itulah kebahagiaan yang tidak akan terhenti dan tidak hilang, dan itulah kesempurnaan dan keindahan serta kebahagiaan yang hakiki. Maka, barangsiapa yang menghendaki kebahagiaan abadi hendaklah ia menekuni ibadah kepada Allah semata. Maka dari itu, hanya orang-orang ahli ibadah sejatilah yang merupakan manusia paling bahagia dan paling lapang ada yang dapat menenteramkan dan mendamaikan serta menjadikan seseorang merasakan kenikmatan hakiki yang ia lakukan kecuali ibadah kepada Allah semata. Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “Tidak ada kebahagiaan, kelezatan, kenikmatan dan kebaikan hati melainkan bila ia meyakini Allah sebagai Rabb, Pencipta Yang Maha Esa dan ia beribadah hanya kepada Allah saja, sebagai puncak tujuannya dan yang paling dicintainya daripada yang lain.[9]Termasuk keutamaan ibadah bahwasanya ibadah dapat meringankan seseorang untuk melakukan berbagai kebajikan dan meninggalkan kemunkaran. Ibadah dapat menghibur seseorang ketika dilanda musibah dan meringankan beban penderitaan saat susah dan mengalami rasa sakit, semua itu ia terima dengan lapang dada dan jiwa yang keutamaannya juga, bahwasanya seorang hamba dengan ibadahnya kepada Rabb-nya dapat membebaskan dirinya dari belenggu penghambaan kepada makhluk, ketergantungan, harap dan rasa cemas kepada mereka. Maka dari itu, ia merasa percaya diri dan berjiwa besar karena ia berharap dan takut hanya kepada Allah ibadah yang paling besar bahwasanya ibadah merupakan sebab utama untuk meraih keridhaan Allah l, masuk Surga dan selamat dari siksa Neraka.[Disalin dari buku Prinsip Dasar Islam Menutut Al-Qur’an dan As-Sunnah yang Shahih, Penulis Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Penerbit Pustaka At-Taqwa Po Box 264 Bogor 16001, Cetakan ke 3] _______ Footnote [1] Pembahasan ini dinukil dari kitab ath-Thariiq ilal Islaam cet. Darul Wathan, th. 1421 H oleh Syaikh Muhammad bin Ibrahim al-Hamd, al-Ubudiyyah oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah tahqiq Syaikh Ali bin Hasan Abdul Hamid, dan Mawaaridul Amaan al-Muntaqa min Ighaatsatul Lahafan oleh Syaikh Ali bin Hasan Abdul Hamid [2] Lihat al-Ubuudiyyah oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah, tahqiq Syaikh Ali bin Hasan bin Ali Abdul Hamid al-Halaby al-Atsary hal. 161-162, Maktabah Darul Ashaalah 1416 H [3] Zindiq adalah orang yang munafik, sesat dan mulhid. [4] Murji’ adalah orang murji’ah, yaitu golongan yang mengatakan bahwa amal bukan bagian dari iman, iman hanya dalam hati. [5] Haruriy adalah orang dari golongan khawarij yang pertama kali muncul di Harura’, dekat Kufah, yang berkeyakinan bahwa orang mukmin yang berdosa besar adalah kafir. [6] HR. Muslim no. 1718 18 dan Ahmad VI/146; 180; 256, dari hadits Aisyah Radhiyallahu anhuma. [7] Lihat al-Ubudiyyah oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah, tahqiq Ali Hasan Ali Abdul Hamid hal. 221-222. [8] Lihat surat Al-Maa-idah ayat 3 [9] Mawaaridul Amaan al-Muntaqa min Ighatsatul Lahafan hal. 67, oleh Syaikh Ali Hasan Ali Abdul Hamid. Home /A2. Prinsip Dasar Islam/Pengertian Ibadah Dalam Islam
IBADAH PENGERTIAN, MACAM DAN KELUASAN CAKUPANNYAOleh Syaikh Dr. Shalih bin Fauzan al FauzanDefinisi Ibadah Ibadah secara etimologi berarti merendahkan diri serta tunduk. Di dalam syara’, ibadah mempunyai banyak definisi, tetapi makna dan maksudnya satu. Definisi itu antara lain ialah taat kepada Allah dengan melaksanakan perintah-Nya melalui lisan para adalah merendahkan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala yaitu tingkatan tunduk yang paling tinggi disertai dengan rasa mahabbah kecin-taan yang paling ialah sebutan yang mencakup seluruh apa yang dicintai dan diridhai Allah Subhanahu wa Ta’ala , baik berupa ucapan atau perbuatan, yang zhahir maupun yang batin. Ini adalah definisi ibadah yang paling itu terbagi menjadi ibadah hati, lisan dan anggota badan. Rasa khauf takut, raja’ mengharap, mahabbah cinta, tawakkal ketergantungan, raghbah senang dan rahbah takut adalah ibadah qalbiyah yang berkaitan dengan hati. Sedangkan shalat, zakat, haji dan jihad adalah ibadah badaniyah qalbiyah fisik dan hati. Serta masih banyak lagi macam-macam ibadah yang berkaitan dengan hati, lisan dan inilah yang menjadi tujuan penciptaan manusia. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirmanوَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ ﴿٥٦﴾ مَا أُرِيدُ مِنْهُمْ مِنْ رِزْقٍ وَمَا أُرِيدُ أَنْ يُطْعِمُونِ ﴿٥٧﴾ إِنَّ اللَّهَ هُوَ الرَّزَّاقُ ذُو الْقُوَّةِ الْمَتِينُDan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembahKu. Aku tidak menghendaki rezki sedikitpun dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya mereka memberi Aku makan. Sesungguhnya Allah Dialah Maha Pemberi rezki Yang Mempunyai Kekuatan lagi Sangat Kokoh. [Adz-Dazariyat/51 56-58]Allah Subhanahu wa Ta’ala memberitahukan, hikmah penciptaan jin dan manusia adalah agar mereka melaksanakan ibadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala . Dan Allah Mahakaya, tidak membutuhkan ibadah mereka, akan tetapi merekalah yang membutuhkannya; karena ketergantungan mereka kepada Allah, maka mereka menyembahNya sesuai dengan aturan syari’atNya. Maka siapa yang menolak beribadah kepada Allah, ia adalah sombong. Siapa yang menyembahNya tetapi dengan selain apa yang disyari’atkanNya maka ia adalah mubtadi’ pelaku bid’ah. Dan siapa yang hanya menyembahNya dan dengan syari’atNya, maka dia adalah mukmin muwahhid yang mengesakan Allah.Macam-Macam Ibadah Dan Keluasan Cakupannya Ibadah itu banyak macamnya. Ia mencakup semua macam ketaatan yang nampak pada lisan, anggota badan dan yang lahir dari hati. Seperti dzikir, tasbih, tahlil dan membaca Al-Qur’an ; shalat, zakat, puasa, haji, jihad, amar ma’ruf nahi mungkar, berbuat baik kepada kerabat, anak yatim, orang miskin dan ibnu sabil . Begitu pula cinta kepada Allah dan RasulNya, khasyyatullah takut kepada Allah, inabah kembali kepadaNya, ikhlas kepadaNya, sabar terhadap hukumNya, ridha dengan qadha’Nya, tawakkal, mengharap nikmatNya dan takut dari ibadah mencakup seluruh tingkah laku seorang mukmin jika diniatkan qurbah mendekatkan diri kepada Allah atau apa-apa yang membantu qurbah. Bahkan adat kebiasaan yang mubah pun bernilai ibadah jika diniatkan sebagai bekal untuk taat kepadaNya. Seperti tidur, makan, minum, jual-beli, bekerja mencari nafkah, nikah dan sebagainya. Berbagai kebiasaan tersebut jika disertai niat baik benar maka menjadi bernilai ibadah yang berhak mendapatkan pahala. Karenanya, tidaklah ibadah itu terbatas hanya pada syi’ar-syi’ar yang biasa YANG SALAH TENTANG PEMBATASAN IBADAH Ibadah adalah perkara tauqifiyah . Artinya tidak ada suatu bentuk ibadah pun yang disyari’atkan kecuali berdasarkan Al-Qur’an dan As-Sunnah. Apa yang tidak disyari’atkan berarti bid’ah mardudah bid’ah yang ditolak, sebagaimana sabda Nabi Shallallahu alaihi wa sallam مَنْ أَحْدَثَ فِى أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّBarangsiapa melaksanakan suatu amalan tidak atas perintah kami, maka ia ditolak [HR al-Bukhari dan Muslim]Maksudnya, amalnya ditolak dan tidak diterima, bahkan ia berdosa karenanya, sebab amal tersebut adalah maksiat, bukan ta’at. Kemudian manhaj yang benar dalam pelaksanaan ibadah yang disyari’atkan adalah sikap pertengahan. Antara meremehkan dan malas dengan sikap ekstrim serta melampaui batas. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman kepada NabiNya Shallallahu alaihi wa sallamفَاسْتَقِمْ كَمَا أُمِرْتَ وَمَنْ تَابَ مَعَكَ وَلَا تَطْغَوْا Maka tetaplah kamu pada jalan yang benar, sebagaimana diperintahkan kepadamu dan juga orang yang telah taubat beserta kamu dan janganlah kamu melampaui batas.[Hud/11 112]Ayat al-Qur’an ini adalah garis petunjuk bagi langkah manhaj yang benar dalam pelaksanaan ibadah. Yaitu dengan beristiqamah dalam melaksanakan ibadah pada jalan tengah, tidak kurang atau lebih, sesuai dengan petunjuk syari’at sebagaimana yang diperintahkan padamu. Kemudian Dia menegaskan lagi dengan firmanNya “Dan janganlah kamu melampaui batas.”Tughyan adalah melampaui batas dengan bersikap terlalu keras dan memaksakan kehendak serta mengada-ada. Ia lebih dikenal dengan Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam mengetahui bahwa tiga orang dari sahabatnya melakukan ghuluw dalam ibadah, di mana seorang dari mereka berkata, “Saya puasa terus dan tidak berbuka”, dan yang kedua berkata, “Saya shalat terus dan tidak tidur”, lalu yang ketiga berkata, “Saya tidak menikahi wanita”. Maka beliau Shallallahu alaihi wa sallam bersabdaلَكِنِّيْ أَصُوْمُ وَأُفْطِرُ، وَأُصَلِّي وَأَرْقُدُ، وَأَتَزَوَّجُ النِّسَاءَ، فَمَنْ رَغِبَ عَنْ سُنَّتِيْ فَلَيْسَ مِنِّيْAdapun saya, maka saya berpuasa dan berbuka, saya shalat dan tidur, dan saya menikahi perempuan. Maka barangsiapa tidak menyukai jejakku maka dia bukan dari bagian atau golongan-ku. [HR al-Bukhari dan Muslim]Ada Dua Golongan Yang Saling Bertentangan Dalam Soal Ibadah. Golongan Pertama. Yang mengurangi makna ibadah serta meremehkan pelaksanaannya. Mereka meniadakan berbagai macam ibadah dan hanya melaksanakan ibadah-ibadah yang terbatas pada syi’ar-syi’ar tertentu dan sedikit, yang hanya diadakan di masjid-masjid saja. Tidak ada ibadah di rumah, di kantor, di toko, di bidang sosial, politik, juga tidak dalam peradilan kasus sengketa dan dalam perkara-perkara kehidupan masjid mempunyai keistimewaan dan harus dipergunakan dalam shalat fardhu lima waktu. Akan tetapi ibadah mencakup seluruh aspek kehidupan muslim, baik di masjid maupun di luar Kedua. Yang bersikap berlebih-lebihan dalam praktek ibadah sampai pada batas ekstrim; yang sunnah mereka angkat sampai menjadi wajib, sebagaimana yang mubah mereka angkat menjadi haram. Mereka menghukumi sesat dan salah orang yang menyalahi manhaj mereka, serta menyalahkan pemahaman-pemahaman sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam dan seburuk-buruk perkara adalah yang bid’ UBUDIYAH YANG BENAR Sesungguhnya ibadah itu berlandaskan pada tiga pilar sentral, yaitu hubb cinta, khauf takut dan raja’ harapan.Rasa cinta harus dibarengi dengan sikap rasa rendah diri, sedangkan khauf harus dibarengi dengan raja’ . Dalam setiap ibadah harus terkumpul unsur-unsur Subhanahu wa Ta’ala berfirman tentang sifat hamba-hambaNya yang mukminيُحِبُّهُمْ وَيُحِبُّونَهُDia mencintai mereka dan mereka mencintaiNya [Al-Ma’idah/5 54]وَالَّذِينَ آمَنُوا أَشَدُّ حُبًّا لِلَّهِAdapun orang-orang yang beriman sangat cinta kepada Allah [Al-Baqarah/2 165]Dia Subhanahu wa Ta’ala berfirman menyifati para rasul dan كَانُوا يُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ وَيَدْعُونَنَا رَغَبًا وَرَهَبًا ۖ وَكَانُوا لَنَا خَاشِعِينَSesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam mengerjakan perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdo’a kepada Kami dengan harap dan cemas. Dan mereka adalah orang-orang yang khusyu kepada Kami [Al-Anbiya/21 90]Sebagian salaf berkata “Siapa yang menyembah Allah dengan rasa hubb cinta saja maka ia zindiq[1]. Siapa yang menyembahNya dengan raja’ harapan saja maka ia adalah murji’[2]. Dan siapa yang menyembahNya hanya dengan khauf takut saja, maka ia adalah haruriy[3]. Siapa yang menyembahNya dengan hubb, khauf dan raja’ maka ia adalah mukmin muwahhid.” Hal ini disebutkan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam Risalah juga berkata “Dien Allah adalah menyembahNya, ta’at dan tunduk kepadaNya. Asal makna ibadah adalah adzdzull hina. Dikatakan ” ” jika jalan itu dihinakan dan diinjak-injak oleh kaki manusia. Akan tetapi ibadah yang diperintahkan mengandung makna dzull dan hubb. Yakni mengandung makna dzull yang paling dalam dengan hubb yang paling tinggi kepadanya. Siapa yang tunduk kepada seseorang dengan perasaan benci kepadanya, maka ia bukanlah menghamba menyembah kepadanya. Dan jika ia menyukai sesuatu tetapi tidak tunduk kepadanya, maka ia pun tidak menghamba menyembah kepadanya. Sebagaimana seorang ayah mencintai anak atau rekannya. Karena itu tidak cukup salah satu dari keduanya dalam beribadah kepada Allah, tetapi hendaknya Allah lebih dicintainya dari segala sesuatu dan Allah lebih diagungkan dari segala sesuatu. Tidak ada yang berhak mendapat mahabbah cinta dan khudhu’ ketundukan yang sempurna selain Allah[4]. Inilah pilar-pilar kehambaan yang merupakan poros segala amal Qayyim berkata dalam Nuniyah-nya “Ibadah kepada Ar-Rahman adalah cinta yang dalam kepada-Nya, beserta kepatuhan penyembahNya. Dua hal ini adalah ibarat dua kutub. Di atas keduanyalah orbit ibadah beredar. Ia tidak beredar sampai kedua kutub itu berdiri tegak. Sumbunya adalah perintah, perintah rasulNya. Bukan hawa nafsu dan syetan.”Ibnu Qayyim menyerupakan beredarnya ibadah di atas rasa cinta dan tunduk bagi yang dicintai, yaitu Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan beredarnya orbit di atas dua kutubnya. Beliau juga menyebutkan bahwa beredarnya orbit ibadah adalah berdasarkan perintah rasul dan syari’atnya, bukan berdasarkan hawa nafsu dan setan. Karena hal yang demikian bukanlah ibadah. Apa yang disyari’atkan baginda Rasul Shallallahu alaihi wa sallam itulah yang memutar orbit ibadah. Ia tidak diputar oleh bid’ah, nafsu dan DITERIMANYA IBADAH Agar bisa diterima, ibadah disyaratkan harus benar. Dan ibadah itu tidak benar kecuali dengan ada karena Allah semata, bebas dari syirik besar dan dengan tuntunan Rasul Shallallahu alaihi wa sallamSyarat pertama adalah konsekuensi dari syahadat laa ilaaha illa-llah, karena ia mengharuskan ikhlas beribadah hanya untuk Allah dan jauh dari syirik syarat kedua adalah konsekuensi dari syahadat Muhammad Rasulullah, karena ia menuntut wajibnya ta’at kepada Rasul, mengikuti syari’atnya dan meninggalkan bid’ah atau ibadah-ibadah yang diada-adakan. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirmanبَلَىٰ مَنْ أَسْلَمَ وَجْهَهُ لِلَّهِ وَهُوَ مُحْسِنٌ فَلَهُ أَجْرُهُ عِنْدَ رَبِّهِ وَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَTidak demikian bahkan barangsiapa yang menyerahkan diri kepada Allah, sedang ia berbuat kebajikan, maka baginya pahala pada sisi Tuhannya dan tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak pula mereka bersedih hati.. [Al-Baqarah/2 112]Aslama wajhahu menyerahkan diri artinya memurnikan ibadah kepada Allah. Wahuwa muhsin berbuat kebajikan artinya mengikuti RasulNya Shallallahu alaihi wa sallam .Syaikhul Islam mengatakan “Inti agama ada dua pokok yaitu kita tidak menyembah kecuali kepada Allah, dan kita tidak menyembah kecuali dengan apa yang Dia syariatkan, tidak dengan bid’ah.” Sebagaimana Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirmanفَمَنْ كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًاBarangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya.[Al-Kahfi/18 110]Yang demikian adalah manifestasi perwujudan dari dua kalimat syahadat Laa ilaaha illallah dan Muhammad yang pertama, kita tidak menyembah kecuali kepadaNya. Pada yang kedua, bahwasanya Muhammad adalah utusanNya yang menyampaikan ajaranNya. Maka kita wajib membenarkan dan mempercayai beritanya serta menta’ati perintahnya. Beliau telah menjelaskan bagaimana cara kita beribadah kepada Allah, dan beliau melarang kita dari hal-hal baru atau bid’ah. Beliau mengatakan bahwa bid’ah itu sesat.[Disalin dari kitab At-Tauhid Lish Shaffil Awwal Al-Ali, Edisi Indonesia Kitab Tauhid 1, Penulis Syaikh Dr Shalih bin Fauzan bin Abdullah bin Fauzan, Penerjemah Agus Hasan Bashori Lc, Penerbit Darul Haq] _______ Footnote [1] Zindiq adalah istilah untuk setiap munafik, orang yang sesat dan mulhid, -pent. [2] Murji’ adalah orang Murji’ah, yaitu golongan yang mengatakan bahwa amal bukan bagiandari iman. Iman hanya dengan hati ,-pent [3] Haruriy adalah orang dari golongan Khawarij, yang pertama kali muncul di Harurro, dekat Kufah, yang berkeyakinan bahwa orang mukmin yang berdosa adalah kafir ,-pent [4] Majmu’ah Tauhid Najdiyah 542 Home /A4. Makna dan Hakikat.../Ibadah Pengertian, Macam...
- Tujuan diciptakannya manusia adalah untuk beribadah kepada Allah SWT, sebagaimana tergambar dalam surah Adz-Dzariyat ayat 56. Dalam Islam, amal ibadah terdiri atas ibadah mahdhah dan ghairu mahdhah. Lantas, apa pengertian dua istilah tersebut dan contohnya? Ibadah yang disyariatkan Islam bertujuan untuk mendidik manusia agar senantiasa meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT. Bunyi firman Allah SWT dalam surah Adz-Dzariyat ayat 56 adalah sebagai berikut “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku,” QS. Adz-Dzariyat [51] 56. Pengertian ibadah sendiri adalah segala sesuatu yang disukai Allah SWT dan yang diridai-Nya, baik berupa perkataan atau perbuatan, baik terang- terangan maupun diam-diam, sebagaimana dikutip dari Kajian Fiqh Nabawi & Fiqh Kontemporer 2008. Berdasarkan pengertian di atas, ibadah tidak sebatas pada ibadah salat, puasa, dan sebagainya. Namun, segala perkataan baik, menjauhi gibah, membantu orang tua, dan sebagainya tergolong ibadah karena tergolong aktivitas yang diridai Allah juga Apa itu Hukum Taklifi, Macam-Macam, serta Contohnya dalam Islam Apa itu Hukum Wadh'i, Macam-macam, dan Contohnya Pengertian Ibadah Mahdhah dan Ghairu Mahdhah Beserta Contohnya Secara umum, ibadah terbagi atas 2 jenis, yakni ibadah mahdhah dan ghairu mahdhah. M. Ali Zainal Abidin dalam uraian "Perbedaan Ibadah Mahdhah dan Ghairu Mahdhah" di NU Online menjelaskan definisi 2 jenis ibadah tersebut. Pertama, dalam bahasa Arab, mahdhah artinya murni dan tidak tercampur dengan apa pun. Selanjutnya, pengertian ibadah mahdhah adalah segala bentuk amalan yang pelaksanaannya syarat, rukun, dan tata caranya sudah ditetapkan oleh nas Al-Quran atau hadis, seperti salat, puasa, zakat, haji, dan sebagainya. Ibadah mahdhah dikerjakan karena ada wahyu, berdasarkan perintah dari Allah SWT untuk ibadah ghairu mahdhah adalah kebalikannya. "Ghairu mahdhah" artinya yang tidak murni atau sudah tercampur dengan hal lain. Dalam perkara ini, ibadah ghairu mahdhah tidak diatur secara spesifik pelaksanaannya, namun bisa menjadi ibadah karena ada niat ikhlas dari muslim bersangkutan. Sebagai misal, tidur adalah perbuatan mubah yang dilakukan manusia, tidak memperoleh dosa atau tidak mendatangkan pahala. Akan tetapi, apabila seorang muslim tidur siang, dengan maksud agar bersemangat untuk bangun demi mendirikan salat tahajud di malam harinya, tidur yang pada mulanya perkara mubah, menjadi bernilai ibadah di sisi Allah SWT. Salah seorang ulama terkenal mazhab Maliki, Ibnu Rusyd menyatakan bahwa ibadah mahdhah adalah ibadah yang tak bisa dijangkau oleh akal budi misal, ibadah salat atau haji tidak akan dilakukan manusia, kecuali karena perintah Allah SWT. Namun, ibadah ghairu mahdhah bisa dinalar bahwa hal itu akan mendatangkan pahala, serta bernilai baik bagi diri sendiri atau lingkungan orang miskin yang membutuhkan, menolong orang tua, menghijaukan lingkungan, mengikuti kerja bakti, dan sebagainya termasuk bagian dari ibadah ghairu mahdhah karena bisa dinalar, serta termasuk dalam aktivitas juga Sejarah dan Pengertian Ibadah Qurban dalam Islam Beserta Dalilnya Rangkuman Materi Mutiara Iman dan Ibadah Kepada Allah SWT - Sosial Budaya Penulis Abdul HadiEditor Addi M Idhom
Tadabur Qs Al Maun 1-7 اَرَءَيْتَ الَّذِيْ يُكَذِّبُ بِالدِّيْنِۗ فَذٰلِكَ الَّذِيْ يَدُعُّ الْيَتِيْمَۙ وَلَا يَحُضُّ عَلٰى طَعَامِ الْمِسْكِيْنِۗ فَوَيْلٌ لِّلْمُصَلِّيْنَۙ الَّذِيْنَ هُمْ عَنْ صَلَاتِهِمْ سَاهُوْنَۙ الَّذِيْنَ هُمْ يُرَاۤءُوْنَۙ وَيَمْنَعُوْنَ الْمَاعُوْنَ ࣖ Terjemah Kemenag 2002 1. Tahukah kamu orang yang mendustakan agama? 2. Maka itulah orang yang menghardik anak yatim, 3. dan tidak mendorong memberi makan orang miskin. 4. Maka celakalah orang yang salat, 5. yaitu orang-orang yang lalai terhadap salatnya, 6. yang berbuat ria, 7. dan enggan memberikan bantuan. Ibadah sering dipahami secara sempit dalam konteks ritual ibadah semata, yakni yang hanya berkaitan dengan Alloh. Padahal ibadah bermakan luas. Ibadah secara umum dibagi 2, yaitu ibadah mahdhoh dan ghoir mahdhoh. Ibadah mahdhoh bisa dimaknai sebagai ibadah individual atau ritual yakni yang semata-mata menjadi urusan makhluk dengan Alloh. Ibadah ini menyangkut fardhu ain kewajiban Individual Sedangkan, ibadah ghoir mahdhoh dapata dimaknai sebagai ibadah yang melibatkan pihak lain. Ini merupakan ibadah social atau fardu kifayah. Seperti menjaga lingkungan hidup, membangun fasilitas umum, mengurusi fakir-miskin dsb. Qs Al Maun menjelaskan bahwa ibadah ritual seperti sholat, dzikir dan do’a haruslah berimplikasi social. Mereka yang tidak mengaktualisasikan ibadah ritualnya, misalnya sholat dalam kehidupan social disebut sebagai pendusta agama. Disitu juga disebutkan bahwa ibadah ritual khususnya Sholat harus berimplikasi pada 1. Mengurusi anak yatim 2. Peduli terhadap fakir miskin 3. Tidak riya dan sombong 4. Berbagi dengan orang lain, sekalipun dengan harta yang dicintai. Bagaimana mengintegrasikan kedua bentuk ibadah diatas ? 1. Niatkan semua perbuatannya untuk beribadah kepada Alloh 2. Lakukan Instrosfeksi diri Muhasabah tentang keberhasilan iabdah ritual dengan ibadah sosialnya 3. Anggaplah setiap tempat dan setiap waktu adalah lading amal kebaikan 4. Biasakan diri untuk memperbanyak amal social secara nyata. Semoga kita termasuk seorang muslim yang bermanfaat bagi sesama karena sebaik-baik umatku kata Rosululloh adalah umat yang paling bermanfaat pada sesamanya. Seorang insan kamil adalah orang yang memberi kemanfaatan pada lingkungan sekitarnya. Semoga kita digolongkan pada golongan Khoiru Ummat, dengan selalu memberikan kemanfaatan bagi sesama. Aamin Wallohu a’lam bi showab Sumber Al Qur’an terjemah kemenag 2002 The Wisdom Al qur’anul karim, Mizan 2013